Jakarta, Gatra.com – Lahan Matoa Golf & Country House masih dibalut kasus sengketa yang melibatkan Induk Koperasi Angkatan Udara (Inkopau) sebagai pemegang lahan dan PT Saranagraha Adisentosa sebagai pengelola. Belum ada jalan keluar atas kasus tersebut meski karyawan mendapatkan banyak manfaat dari lahan golf ini.
Saimah (48), salah satu karyawati yang mencari penghidupan dari Matoa Golf, mengatakan bahwa Matoa Golf memberikan manfaat baginya.
"Sangat bermanfaat sekali dengan dibukanya Golf Matoa. Bisa menambah pemasukan kehidupan keluarga saya dan menyekolahkan anak saya," ujar Saimah ketika ditemui di Matoa Golf, Jakarta Selatan, pada Selasa (23/3).
Manfaat serupa juga dirasakan oleh Makmur Suhendri (50). Berkat bekerja di Matoa, pria yang awalnya petani ini bisa memiliki penghasilan tetap sehingga mampu menyekolahkan kedua anaknya.
"Itu [sekolah] hasil dari Matoa. Secara kasar yang biayain secara kasar itu Matoa," ucap Makmur.
Saat ini, Matoa Golf dimanfaatkan sebagai tempat mata pencaharian bagi 500 pekerjanya yang didominasi warga sekitar. Sebelum menjadi tempat golf, warga sekitar memanfaatkan lahan seluas 60 hektare yang saat itu dimiliki Yayasan Adi Upaya (YASAU) untuk bercocok tanam.
Makmur bercerita kalau dia menanam pepaya dan pisang di lahan ini. Selain menjadi kebun warga, lahan ini terdiri dari semak belukar dan bangunan.
Tanah yang diisi kebun warga sekitar ini lalu diganti menjadi lapangan golf ketika YASAU bekerja sama dengan PT Saranagraha pada tahun 1993.
Makmur yang biasa berkebun mendapatkan kesempatan untuk bekerja di proyek pembangunan Matoa Golf. Hal ini dikarenakan pihak pengelola memprioritaskan warga sekitar untuk bekerja.
"Saya cuma petani dan penggarap di sini juga. Ketika tahun 1993 dijadikan lapangan golf, anak-anak petani mendapat fasilitas untuk menjadi karyawan di sini," tutur Makmur.
Baik Saimah maupun Makmur, mereka berharap pihak Inkopau tidak mengambil alih lahan dan membiarkan Matoa Golf tetap beroperasi. Hal ini dikarenakan bukan mereka saja yang hidup dari lahan ini.
"Saya ingin Matoa tetap beroperasi seperti biasa karena itu sangat membantu karyawan di sini menghidupi keluarganya," ucap Saimah.