Jakarta, Gatra.com- Presiden Direktur PT Unilever Indonesia Tbk, Ira Noviarti mengatakan setidaknya asa delapan perubahan perilaku konsumen yang akan terus bertahan bahkan setelah pandemi berakhir. Hal tersebut menunjukkan urgensi dari pelaku industri Fast Moving Consumer Goods (FMCG) seperti Unilever Indonesia untuk terus gesit merespons perubahan perilaku konsumen
“Perekonomian yang terkontraksi, ditambah dengan pembatasan mobilitas selama setahun ke belakang, telah berdampak besar pada perubahan perilaku konsumen di Indonesia," kata Ira dalam Katadata Indonesia Data and Economic Conference (IDE) 2021, Selasa (23/3).
Kedelapan perilaku tersebut antara lain, gaya hidup bersih dan sehat. Dimana Kesehatan akan tetap menjadi perhatian konsumen. Kedua konsumen akan mencari produk yang membantu mereka tetap produktif di dalam rumah.
Ketiga mengenai pengalaman di rumah yang menjadi penting. "Konsumen mencari cara dan produk agar tidak bosan dan terus menjaga kesehatan mental di rumah," kata Ira.
Keempat Komunitas menjadi lebih kuat, dimana pandemi telah memperkuat rasa solidaritas kita sebagai bangsa. Kelima, Fenomena Reverse Maslow dimana Kebutuhan psikologis dan rasa aman termasuk lingkungan yang sehat dan higienis dan juga keamanan finansial adalah prioritas utama konsumen.
Keenam, konsumen semakin teliti akan konsumsi dan pembelian yang mereka lakukan. Tidak sekedar mencari value dan harga semata. Ketujuh, Gaya hidup serba digital dengan semua berbasis internt
Terakhir, lahirnya smart opportunist bagaimana Social selling terutama dari media sosial meningkat. Mulai dari barang-barang yang berhubungan dengan perlindungan kesehatan, hingga makanan atau minuman.
Direktur Riset Katadata Insight Center, Mulya Amri menambahkan, dalam survei yang dilakukan Katadata dengan melibatkan 2.491 responden di 34 provinsi. Faktanya, mayoritas sebanyak 76,6% responden merasa khawatir terhadap kondisi keuangan mereka.
"Sehingga lebih berhati-hati dalam menentukan alokasi pengeluaran," kata Mulya. Hal ini terungkap bahwa prioritas pengeluaran konsumen kini didominasi oleh barang kebutuhan sehari-hari (95,5%), biaya kesehatan (81,7%) dan untuk pendidikan (74,7%).
"Sementara barang elektronik (6,1%), kendaraan (4,1%), dan wisata, hiburan atau hobi (3,6%) menempati prioritas terbawah," katanya.
Pakar pemasaran dari Inventure Consulting, Yuswohady mengatakan bahwa di tengah pandemi, pergeseran perilaku konsumen adalah sebuah keniscayaan. Covid-19 telah memaksa terjadinya apa yang ia sebut sebagai Consumer Megashifts 10X10. Dimana perubahan perilaku konsumen menjadi 10X lebih besar dan dengan laju 10X lebih cepat.
“Dengan demikian, setiap perusahaan, termasuk FMCG, menghadapi a whole new world dengan adanya gaya hidup, preferensi, prioritas, dan pola pengambilan keputusan pembelian konsumen yang sama sekali baru; dan akhirnya melahirkan pola baru pula dalam memasarkan produk-produknya,” ungkapnya.