Bantul, Gatra.com - Anggota Komisi I DPR RI Sukamta meminta pemerintah untuk lebih aktif melakukan sosialisasi keefektifan vaksinasi Covid-19 agar kepercayaan masyarakat meningkat.
Pasalnya pada Januari lalu, survei menunjukan masih banyak warga yang tidak percaya kemanjuran vaksin.
Hal ini dinyatakan Sukamta dalam diskusi 'Pemanfaatan Teknologi Informasi (TI) dalam Sosialisasi Bahaya Covid-19 dan Vaksinasi', Sabtu (20/1).
"Merujuk pada survei Center for Strategic and International Studies (CSIS) pada periode 13-18 Januari lalu, ternyata masih ada masyarakat yang tidak percaya keefektifan vaksin dalam melawan Covid-19," kata Sukamta.
Dari survei itu, 42,5 persen warga DKI Jakarta dan 29,5 persen warga DIY tidak percaya kemanjuran vaksin dari pemerintah. Sementara sisanya yaitu 55,8 persen dan 68 persen percaya.
Menurut anggota PKS DIY ini, ketidakpercayaan pada vaksin itu karena muncul berita bohong tentang vaksin yang disebar di tengah sosialisasi vaksinasi Covid-19. Menurutnya, pemerintah sangat pasif dan sosialisasi berjalan searah.
"Pandemi ini telah mengubah format interaksi komunikasi kita, dari dunia analog ke dunia digital. Dampaknya, akses informasi bisa dinikmati langsung setiap individu dengan cara beragam, terlebih jumlah gadget di Indonesia saat ini lebih banyak dari jumlah penduduknya," kata Sukamta.
Sukamta pun meminta pemerintah melalui Kementeri Informasi dan Komunikasi untuk lebih aktif dan proaktif dalam sosialisasi vaksin. Pemerintah harus mampu merespons berbagai pertanyaan yang diajukan masyarakat tentang vaksin.
Pemerintah dituntut transparan dalam menginformasikan masalah Covid-19. Menurut dia, banyak pertanyaan masyarakat ke pemerintah yang tak kunjung dijawab. Kondisi ini menghasilkan spekulasi dan hoaks, termasuk soal vaksin.
"Tantangan ini harus dijawab sesegera oleh pemerintah agar tingkat kepercayaan masyarakat atas informasi tentang Covid-19 tidak menurun. Banyak variasi media yang bisa dijadikan rujukan dan kita dorong pemerintah punya layanan yang proaktif," katanya.
Narasumber lain, Roy Suryo, mengatakan ketidakpercayaan pada vaksinasi karena pemerintah terlambat menyiapkan berbagai informasi soal vaksin kepada masyarakat.
"Akibatnya informasi dicari, datang sendiri, atau malah dibuat sendiri berdasarkan berbagai sumber yang masuk ke mereka. Kacaunya kemudian disebar tanpa melakukan konfirmasi sehingga banyak berita yang negatif," katanya.
Agar pesan kefektifan vaksin masif tersebar dan dipercaya masyarakat, Roy menyarankan pemerintah menggunakan media informasi yang sesuai dengan umur sasaran.