Moskwa, Gatra.com — Pemimpin Republik Chechnya, Ramzan Kadyrov meminta Presiden AS Joe Biden untuk menghubungi pemimpin Rusia Vladimir Putin.
"Belum genap dua hari sejak pernyataan memalukan dari Presiden AS Joe Biden, dan dia sudah menampakkan raut kesedihan. Tidak ada kilauan di matanya. Pemandangan yang menyedihkan," tulis Kadyrov di kanal Telegram resminya.
Dia menambahkan bahwa ini terjadi setelah tawaran Putin untuk berdebat secara live.
"Ya, jadilah laki-laki, Joe Biden! Bertanggung jawablah atas kata-katamu dan jangan mempermalukan dirimu sendiri. Terima usulan Presiden Rusia. Bicaralah dan ekspresikan dirimu jika ada yang ingin kamu katakan," pinta kepala Chechnya.
Pemimpin Chechnya itu menuntut agar presiden Amerika tidak mengelak dari ajakan Putin untuk berkomunikasi itu, karena, Kadyrov menekankan, Biden tidak dapat memiliki hal yang lebih penting sekarang delain berdialog dengan Putin demi hubungan Rusia-Amerika.
"Mereka (Rusia-Amerika) sudah di ambang titik nadir," tambah Kadyrov.
Dia menekankan bahwa orang Rusia dan Amerika memiliki banyak pertanyaan, dan kedua presiden itu tidak boleh melewatkan kesempatan untuk berdialog. Pemimpin negara bagian di Rusia yang mayoritas muslim itu menambahkan bahwa orang-orang Amerika Serikat mencintai Rusia dan Putin, dirinya mendesak Biden untuk tidak takut akan kebenaran.
"Dia (Amerika), bagaimana pun akan selalu menjadi pemenang dan meraih segalanya! Luangkan waktu sejenak dan tunjukkan wajah asli Anda!" pungkas Kadyrov.
Sebelumnya, Biden membuat sejumlah pernyataan kontroversial tentang pemimpin Rusia itu. Secara khusus, dia mengatakan bahwa Putin akan bertanggung jawab karena telah ikut campur dalam pemilihan umum AS. Sebagai tanggapan, pemimpin Rusia itu mendoakan kesehatan Biden dan menawarkan untuk menyelenggarakan debat terbuka secara pada hari Jumat atau Senin.
Gedung Putih bereaksi mengelak, mengatakan bahwa kedua presiden telah menjalin komunikasi. Gedung Putih juga menyatakan keyakinannya bahwa Biden akan berbicara dengan Putin "pada suatu saat nanti". Belakangan, Gedung Putih berjanji bahwa para pemimpin kedua negara akan bertemu ketika "waktu yang tepat" tiba.