Jakarta, Gatra.com– Analis politik Exposit Strategic, Arif Susanto, mengatakan bahwa partai politik (parpol) di seluruh negara dibenci sekaligus dirindu. “Banyak orang yang enggak suka dengan parpol, tapi enggak mungkin membayangkan ada demokrasi yang kuat tanpa kehadiran partai politik,“ ungkap Arif.
Arif menyampaikan itu pada diskusi daring yang disiarkan langsung kanal YouTube Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (FORMAPPI) pada Jumat, (19/3).
Arif menuturkan, posisi parpol itu tidak semata-mata memegang kekuasaan pemerintahan, tetapi juga memberikan energi kompetitif di dalam negara demokrasi. Ada pun parpol menjadi tumpuan saluran kepentingan serta rekrutmen bagi pengisian jabatan politik.
Partai politik juga menjadi pelaku sekaligus medium pendidikan politik, tambah Arif. Namun ia menilai, bahwa kalau melihat dari tahun 1999, di antara fungsi dan peran parpol yang paling tertinggal adalah pendidikan politik.
“Makanya kita bukan hanya bisa mengkritisi partai politik, tapi kita juga sebenarnya perlu untuk memberi kritik juga kepada para pemilik yang belum cukup cerdas dalam menentukan pilihan,“ terang Arif.
Analis politik itu pun menilai, bahwa hanya Partai PKS yang lebih sedikit kecenderungannya dalam pembentukan partai lewat mekanisme top-down atau kecenderungan pemusatan kekuasaan di “tangan” elite, di antara partai-partai yang kini tengah berkompetisi dalam pemilihan umum (pemilu).