Karanganyar, Gatra.com - Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) diusulkan mengambil alih persoalan kekurangan guru agama yang dipekerjakan di sekolah negeri di Jawa Tengah. Sebab, pemerintah belum mampu merekrut guru agama secara ideal.
"Formasi perekrutan guru agama berstatus ASN sangat sedikit. Harapannya bisa dipenuhi dari PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja). Di Jateng saja, pemenuhan guru agama di sekolah negeri timpang. Minusnya sampai 10 ribu guru agama. Akhirnya banyak sekolah menyerahkan urusan itu ke guru Wiyata Bakti, guru kelas, mempekerjakan kembali guru agama yang sudah pensiun, dan lainnya," kata Kepala Kantor Kemenang Provinsi Jawa Tengah, Mustain Ahmad kepada wartawan di rumah dinas bupati Karanganyar, Rabu (17/3).
Dalam kesempatan menghadiri Rakorda Baznas tersebut, Mustain mengapresiasi prestasi Baznas Karanganyar yang mampu mengumpulkan Zakat, Infaq, dan Sadakah (ZIS) tahun 2020 sebesar Rp23 miliar. Pencapaian tersebut diapresiasi di tingkat nasional. Lebih lanjut Mustain mengusulkan agar urusan kekurangan guru agama bisa diambil alih Baznas meliputi perekrutan dan pemberian honor.
Ia berkaca pada penyelesaian masalah kekurangan guru agama Kristen Salatiga. Akhirnya dengan kesepakatan bersama Kemenag setempat, pihak gereja mengambil alih perekrutan tenaga pengajar berstatus non ASN tersebut meliputi asesement dan pengupahannya.
"Kita bicara tentang pemenuhannya di sekolah negeri. Sebab jika di sekolah swasta, lebih fleksibel untuk perekrutan dan pemberian gaji," katanya.
Kepala Kantor Kemenag Karanganyar Wiharso menambahkan, kebutuhan guru agama di Karanganyar belum separuhnya terisi. Padahal terdapat 500 SD dan SMP di wilayahnya. Kekurangan guru agama terjadi sejak 2015.
"Tentu jika Baznas bisa pastinya akan sangat membantu apalagi pengangkatan guru agama belum tentu setiap tahun, dan angkanya sangat kecil, sehingga bagus jika Baznas yang mengambil alih," katanya.
Wakil Ketua Baznas Karanganyar, Iskandar mengakui perhatian ke guru agama non ASN memang kurang. Sehingga, pihaknya memberikan santunan tahunan, meski besarannya belum ideal. Itu belum bisa disebut honor.
"Gurunya yang kami beri santunan tak sampai 100 orang. Total santunannya selama beberapa tahun ini Rp130 juta," katanya.
Ia mengaku siap jika diperintah bupati untuk mengambil alih persoalan kekurangan guru agama di sekolah negeri.