Bandung, Gatra.com - Stigma sosial terkait Covid 19 masih menjadi persoalan di tengah masyarakat. Fenomena sosial ini kerap menjadi penghambat dalam pengendalian wabah Corana.
Kondisi serupa dialami seorang relawan Relawan Pencerah Nusantara, Deni Frayoga. Saat melakukan pengabdian untuk memperkuat peran 8 Puskesmas di Jakarta dan Bandung.
Diketahui, Pencerah Nusantara (PN) Covid 19 adalah pogram yang diinisiasi Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) untuk memperkuat peran puskesmas melakukan test, trace, dan treatment/isolate (3T).
Deni mengatakan, sitigma negatif Covid 19 tak jarang membuat dia kesulitan melakukan pelacakan kasus. Kehadirannya, untuk tracing sering ditolak masyarakat.
"Karena stigma, saya pernah mengalami telepon di reject dan saat datang ke lokasi pintu rumahnya langsung ditutup," ungkap Deni saat menjadi narasumber dalam diskusi daring bertajuk 'Momentum Puskesmas Menguatkan Masyarakat dalam Upaya Penanganan Wabah' di acara penutupan Pencerah Nusantara Covid 19, Jumat (12/3).
Berdasarkan pengalaman Deni, stigma negatif Covid 19 bisa diselesaikan melalui upaya kolaborasi dengan lintas sektor dan menerapkan Surveilan Berbasis Masyarakat (SBM).
"Hal yang paling penting adalah kolaborasi. Bagaimana tim PN menjadi bagian puskesmas dan berkolaborasi dengan masyarakat," paparnya.
Ia menjelaskan, secara teknis pelibatan masyarakat tersebut menggandeng kader kesehtan, Ketua RT, dan Ketua RW.
"Dengan adanya peran kader, pasien kategori suspect bisa jadi teman curhat dan jadi pusat pelaporan suspect," katanya.
Sementara itu, Senior Advisor on Gender & Youth WHO, Pendiri CISDI, dan Inisiator Pencerah Nusantara, Diah Saminarsih mengatakan pengabdian 13 relawan PN Covid 19 telah berakhir.
Mereka telah membantu menguatkan peran 8 puskesmas di Jakarta dan Bandung selama hampir 6 bulan. Membantu surveilen berbasis masyarakat dan surveilen berbasis kesehatan.
"Sejak awal pencerah nusantara didesain sebagai dampak. Khusus untuk PN Covid-19, didorong lacak kasus, jumlah tes meningkat 12 persen di Bandung dan 32 persen di Jakarta," ujarnya.