Semarang, Gatra.com- Orang sering mengabaikan barang-barang bekas, seperti laher, gir, rantai sepeda motor, dan gesper sabuk , dan lainnya yang dibuang begitu saja. Padahal dari barang-barang bekas tersebut bila diolah menjadi suatu karya yang bernilai ekonomi tinggi, mencapai jutaan rupiah.
Hal ini dilakukan Indaryanto, warga Jalan Anjasmoro Tengah VI, Karangayu, Kota Semarang yang mengolah barang limbah logam, besi, dan lainnya menjadi aneka bentuk mainan seperti robot Transformer, motor Harley Davidson (HD).
“Saya bisa membuat aneka bentuk mainan seperti mobil, kapal, gantungan kunci, dan lainnya sesuai permintaan pembeli,” katanya di Semarang.
Menurut pria berambut gondrong ini, ketertarikan menekuni membuat miniatur dari limbah logam dan besi itu bermula pada 2009 menemukan laher, rantai bekas sepedo motor, gesper sabuk, paku, dan lannya tersimpan di laci.
Barang-barang bekas itu kemudian dirangkai menggunakan lem hinggga menjadi bentuk miniatur mobil . Sejak itu Indaryanto, yang sebelumnya menekuni kerajinan dari bahan kayu, beralih bahan bekas logam dan besi. “Bahan logam dan besi tahan lama, bentuknya juga macam-macam bervarisi, sehingga lebih unik,” ujarnya.
Untuk bahan baku, menurut ia tidak kesulitan karena bisa diperoleh dari bengkel sepeda motor dan membeli dari pengepul barang bekas secara kiloan. Hasil karya Indaryanto dijual dengan harga antara Rp50.000 hingga Rp2 juta tergantung bantuk dan tingkat kesulitan membuatnya.
Menurutnya harga paling mahal berupa miniatur robot Gatutkaca senilai Rp2 juta, untuk minatur motor Herlay Davidson Rp1,5 juta. “Pembeli bisa memesan model yang diinginkan, tapi harus dilihat bentuknya tergantung limbah ada atau tidak,” ujarnya.
Dalam membuat suatu model, seperti mobil atau robot mencari di internet, tapi kemudian dikembangkan sendiri sehingga hasilnya berbeda dari model aslinya. “Sehari bisa menyelesaikan dua sampai tiga karya, tapi kalau mau ikut pameran dipaksa sehari bisa 10 karya,” ujarnya.
Pemasaran hasil karya Indaryanto dilakukan selain pameran di berbagai kota seperti Jakarta, Medan dan lainnya, juga melalui mulut ke mulut orang yang puas pernah membeli karyanya.
Menurutnya, belum ingin memasarkan secara masif melalui on line, karena membuat kerajinan dari logam bekas itu hanya sebagai hoby dan kesenangan.
Membuat karya miniature dari logam dilakukan pada pagi hingga siang, sedangkan sore sampai malam untuk mengajar mengaji. “Pasar sebenarnya luas, tapi saya tak mau membuat melebeli karya saya. Saya senang kalau orang yang membeli puas dengan hasil karya saya,” katanya.