Kupang, Gatra.com - Untuk mengakomodir kebutuhan pelayanan difabel, anggota Polda NTT dan Polres jajajaran, diberi pelatihan bahasa isyarat disibilitas. Pelatihan bahasa isyarat ini merupakan tindak lanjut program Kapolri bidang organisasi transformasi menuju Polri yang presisi.
“Saat ini ada banyaknya kaum disibilitas di Indonesia. Untuk itu perlu adanya dukungan program dan kegiatan yang mengacu pada asas kesetaraan hak. Bahasa isyarat perlu dipahami anggota Polri dalam melayani masyarakat ,” kata Kapolda NTT Irjen Lotharia Latif ketika membuka acara penandatanganan nota kesepahaman dan pelatihan bahasa isyarat disibilitas di lingkungan Polda NTT dan Polres di Mapolda NTT (9/3).
Di NTT jelas Irjen Lotharia Latif sesuai data yang ada penyandang disabilitas jumlahnya hampir merata di 22 Kabupaten/Kota. Penyandang disabilitas tertinggi berada di Kabupaten Sikka dengan jumlah 5.892 orang.
“Berikutnya diikuti Kabupaten Timor Tengah Selatan ( TTS ) dengan angka 3.847 orang. Sementara Kabupaten Sabu Raijua dengan jumlah terkecil yakni 32 orang penyandang disabilitas ,” jelas Irjen Lotharia Latif.
Penandatanganan kerja sama pelatihan bahasa isyarat disibilitas, MOU antara Polda NTT dan Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Kota Raja Kupang ini kata Irjen Lotharia Latif adalah langkah awal kepedulian Polri khususnya Polda NTT dalam memberikan pelayanan kepada kaum disabilitas.
“Saya memberikan apresiasi dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh pihak yang terlibat. MOU ini sebagai langkah awal kepedulian anggota Polri dalam memberikan pelayanan kepada kaum disibilitas ,” kata Irjen Pol Lotharia Latif.
Momentum pelatihan bahasa isyarat Indonesia lanjut Irjen Lotharia Latif harus benar –benar dimanfaatakan dengan baik. Karena merupakan upaya meningkatkan kemampuan anggota Polri, khususnya dalam pelayanan publik terutama kepada kepada masyarakat, kaum difabel.
“ Pelatihan ini dimaksudkan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat, kaum difabel. Untuk meningkatan kemampuan, skill anggota polri di lingkungan Polda NTT. Terutama yang bersentuhan langsung dengan pelayanan public, khususnya difabel ,” lanjutnya.
Dikatakannya, banyak warga tuna rungu yang membutuhkan pelayanan Polri. Karena itu anggota Polri perlu dibekali dengan kemampuan bahasa isyarat Indonesia agar dapat memberikan pelayanan yang maksimal kepada tuna rungu.
“Anggota Polri harus mengikuti dengan baik, sehingga bisa berkomunikasi dengan masyarakat yang berkebutuhan khusus (tuna rungu). Tanpa harus memerlukan bantuan pihak lain untuk menjelaskan sehingga apa disampaikan dapat dimengerti dan dilayani dengan cepat”, kata Irjen Lotharia Latif.
Bahasa isyarat ini juga kata Irjen Lotharia Latif harus dipahami dan dipergunakan juga antara sesama anggota Polri. Bisa dijadikan bahasa isyarat agar tidak diketahui pihak lain manakala bertemu dengan orang yang tak bisa bicara atau tunarungu.
“Komunikasi bahasa isyarat dimaksud dapat dimanfaatkan, jika berada dalam situasi yang membutuhkan kerahasiaan. Karena itu komunikasi verbal harus ditinggalkan dan bahasa isyarat adalah solusinya”, jelas Irjen Lotharia Latif.
Kepada Panitia dan peserta pelatihan, kapolda NTT menekankan beberapa hal untuk dipedomani. Antara lain, melaksankan kegiatan pelatihan dengan penuh tanggung jawab, pergunakan kesempatan ini sebaik mungkin. Dengan demikian apa yang didapat dari pelatihan ini dapat tercapai dalam mewujudkan pelayanan Polri yang prima.
“Dan kepada para para Kasatker dan Kasatwil, pantau anggotanya karena pelatihan dilaksanakan secara daring. Jangan ragu untuk menegur dan memberi sanksi kepada anggota yang lalai mengikuti pelatihan ini”, pintanya.
Terakhir Irjen Lotharia latif menyampaikan ucapkan terima kasih kepada kepala SLBN Kota Radja Kupang serta instruktur yang telah meluangkan waktu memberikan pelatihan. Juga kepada perwakilan anggota Polda NTT dan Polres jajaran yang mengikuti pelatihan bahasa isyarat ini.
Kegiatan ini pun merupakan tindak lanjut program Kapolri bidang organisasi transformasi menuju Polri yang presisi.Hadir dalam kegiatan ini, Wakapolda NTT Brigjen Ama Kliment Dwikorjanto, Karo SDM Polda NTT Kombes Wisnu Widarto, Kepala Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN ) Kota Raja Kupang Eduardus Wahon, dan Para Pejabat Utama Polda NTT.