Home Politik Lagi, Cap Jempol Darah Bukti Setia ke AHY

Lagi, Cap Jempol Darah Bukti Setia ke AHY

Sragen, Gatra.com - Pengurus dan anggota DPC Partai Demokrat Sragen melanjutkan aksi penolakan Kongres Luar Biasa (KLB) yang mengangkat Moeldoko sebagai Ketum Partai Demokrat. Mereka menggelar cap jempol darah setelah sebelumnya memotong leher bebek.

Aksi cap jempol darah diikuti 50 pengurus dan anggota di markas DPC, Senin (8/3). Jempol mereka terlebih dulu ditusuk jarum kemudian darahnya menggantikan tinta cap. Warna merah darah dari jempol-jempol para loyalis Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) asal Sragen ini memenuhi sebidang MMT warna putih. Ditulis besar-besar di bidang itu Tolak KLB Demokrat Deli Serdang. Mereka yang membubuhkan cap jempol darah adalah para pengurus DPC dan anggota dari 20 PAC. Petugas medis menangani penusukan jarum memastikan cara itu steril dan aman.

Ketua DPC Demokrat Sragen, Budiono Rahmadi meneriakkan Ganyang Moeldoko saat hendak menorehkan cap jempol darahnya, diikuti puluhan anggota yang meneriakkan kata-kata sama. Mereka seakan begitu geram dengan Kepala Staf Kepresidenan itu yang dipilih sebagai Ketua Umum Partai Demokrat versi KLB di Deli, Serdang.  

"KLB itu ilegal. Tidak sesuai dengan AD/ART Partai Demokrat. Cap jempol darah ini bukti kesetiaan terhadap AHY serta menolak KLB,kata Mas Bro, demikian ia akrab disapa.

Ia siap mengerahkan massa loyalis AHY ke Ibu Kota demi menggagalkan suksesi Moeldoko. Bahkan ia mengklaim rencana menggelar aksinya didukung seluruh pengurus dan anggota Partai Demokrat Jawa Tengah.

Menurutnya, hanya AHY yang sah menduduki jabatan ketua umum. Mereka meyakini di tangan AHY, Partai Demokrat bakal merebut kejayaan.

Ia memastikan Demokrat Sragen tak akan berpaling ke selain AHY. Meski, ia sempat diiming-imingi uang sampai ratusan juta rupiah agar mengikuti KLB.

Sebelumnya diberitakan, para pengurus dan anggota DPC Sragen memotong leher bebek sebagai simbolis dukungan pimpinan pusat memecat tujuh orang yang dianggap berkhianat. Yakni Marzuki Alie, Darmizal, Yus Sudarso, Tri Yulianto, Jhoni Allen Marbun, Syofwatillah Mohzaib, dan Ahmad Yahya.

252