Palembang, Gatra.com - Bank Indonesia (BI) Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel), optimistis laju inflasi di Bumi Sriwijaya secara keseluruhan pada 2021 masih terkendali. Kepala Perwakilan BI Provinsi Sumsel, Hari Widodo menyatakan, tekanan inflasi tetap terjadi yang bersumber dari pulihnya permintaan masyarakat dan penyediaan jasa makan minum seiring relaksasi aktivitas ekonomi.
“Juga karena telah ditemukannya vaksin virus corona atau Covid-19 di tengah ketersediaan pasokan yang terjaga seiring masuknya musim panen beberapa komoditas holtikultura,” ujar Hari dalam keterangan tertulis yang diterima Gatra.com, Ahad (7/3).
Hari mengatakan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) provinsi setempat bersama satgas akan terus memperkuat koordinasi kebijakan agar menjaga inflasi tetap stabil.
“Hal itu ditujukan untuk menjaga kecukupan pasokan bahan pangan strategis dan mengantisipasi resiko inflasi pangan dari adanya gangguan produksi, terutama potensi meningkatnya curah hujan karena fenomena La Nina,” katanya.
Pihaknya pun mengklaim Indek Harga Konsumen (IHK) di Sumsel menunjukkan perkembangan yang baik. Menurut data BI, pada Januari 2021, IHK Sumsel mengalami inflasi sebesar 0,42%. Angka tersebut lebih rendah dari inflasi pada Desember 2020 sebesar 0,57%.
Bahkan secara tahunan, sambungnya, inflasi IHK pada Januari 2021 tercatat sebesar 1,37%. Angka tersebut juga menurun dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 1,55% (yoy).
Bukan hanya itu, realisasi inflasi tersebut lebih rendah dibanding inflasi nasional dan inflasi regional Sumatera yang masing-masing sebesar 1,56% dan 1,88%.
Pencapaian itu dipengaruhi inflasi pada kelompok makanan, minuman dan tembakau seiring kenaikan harga cabai merah, cabai rawit, dan daging ayam ras. "Dengan perkembangan tersebut, realisasi inflasi kumulatif Sumsel pada bulan laporan sebesar 0,42 persen. Secara tahunan, inflasi IHK pada Januari 2021 sebesar 1,37 persen. Itu lebih rendah dibanding inflasi nasional,” ujar Hari.
Diketahui juga, inflasi sebesar 0,42% tersebut lebih rendah dibanding historis inflasi Januari pada tiga tahun terakhir yang tercatat sebesar 0,47%.
“Melihat perkembangan terkini, beberapa indikator harga dan data historis, pada Februari 2021 ini, Sumsel diperkirakan akan kembali mengalami inflasi. Tapi inflasi pada Februari 2021 ini diperkirakan cenderung lebih rendah dari bulan sebelumnya,” katanya.
Inflasi pada Februari, lanjut Hari, juga diperkirakan berasal dari potensi kenaikan bahan makanan seperti daging sapi dan aneka cabai yang terus menunjukkan tren kenaikan karena meningkatnya permintaan menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN).
“Selain itu, kenaikan komoditas rokok dan besi beton juga mendorong laju inflasi. Namun, tekanan inflasi tertahan oleh terjaganya pasokan komoditas bawang merah dan beras,” ucapnya.
Kegiatan pengendalian inflasi, terang Hari, masih terus dilanjutkan berpedoman pada strategi pengendalian 4K, yakni pemantauan ketersediaan pasokan yang dilakukan melalui program penjajakan kerja sama sebagai tindaklanjut pembentukan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) pangan serta berkoordinasi dengan Provinsi Bengkulu untuk inisiasi Kerja Sama Antar Daerah (KAD).
Pemantauan keterjangkauan harga melalui monitoring harga komoditas pangan secara harian serta menyusun rencana sidak pasar. Selanjutnya pihaknya memastikan kelancaran distribusi yang dilakukan dengan memprioritaskan angkutan untuk komoditas bahan pangan dan bahan pokok penting. “Kemudian, komunikasi yang efektif melalui koordinasi secara berkala di tingkat provinsi maupun kabupaten dan kota,” pungkas Hari.