Sleman, Gatra.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta menyatakan kawasan perkotaan, seperti Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman, lebih berpotensi diguyur hujan es dibanding dataran tinggi atau perbukitan. Fenomena alam itu turut dipengaruhi pesatnya pembangunan atau perubahan tata guna lahan.
Kepala Stasiun Klimatologi Sleman, BMKG Yogyakarta, Reni Kraningtyas, mengatakan perubahan tata guna lahan dan masifnya pembangunan itu bisa menciptakan urban heat, yaitu daerah dengan fluktuasi suhu amat tajam.
“Memang dari pantauan kami lebih sering terjadi atau umumnya terjadi di daerah perkotaan (Kota Yogya) dan Sleman,” kata Reni saat dihubungi, Kamis (4/3).
Menurut Reni, wilayah Sleman dan Kota Yogyakarta mengalami perubahan suhu sangat signifikan pada 2-3 Maret. Selisih suhu mencapai 6,1 derajat pada pukul 10.00 WIB dan 07.00 WIB pada 2 Maret. Adapun selisih suhu saat 3 Maret mencapai 5,2 derajat Celcius.
“Saat itu didukung kelembaban udara pada lapisan 700 Mb di atas 70 persen. Sehingga hal itu memicu terjadinya hujan es,” katanya.
Hujan es sempat terjadi di sejumlah wilayah Kota Yogyakarta dan Kecamatan Turi, Sleman, pada Rabu (3/3). Menurut Reni, fenomena ini berpotensi terjadi pada musim hujan dan pancaroba.
Reni belum menerima laporan soal kerusakan akibat hujan es tersebut. “Tetapi hujan es yang diameternya sebesar kelereng dapat merusak genteng rumah dan jika butiran es di jalan raya bisa membahayakan masyarakat yang mengendarai kendaraan bermotor karena mengakibatkan jalan licin,” katanya.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Yogyakarta Nur Hidayat mengatakan, hujan es seukuran kerikil terpantau di kawasan Kotabaru dan Tugu, Rabu (3/3). Fenomena alam itu tak menimbulkan kerusakan.
Menurutnya, fenomena itu sulit diprediksi dan bersifat lokal. “Untuk antisipasinya sebaiknya menghindari saja saat terjadi hujan es. Segera berlindung di tempat yang aman,” katanya.
Kepala Pelaksana BPBD Sleman Joko Supriyanto menyebut hujan lebat disertai angin kencang pada Rabu (3/3) berdampak pada 30 rumah di Kecamatan Mlati dan Pakem. “Kerusakan rumah warga sebagian besar pada bagian atap atau genteng rumah,” katanya.
Joko mengatakan, BPBD Sleman dan sejumlah relawan telah ke lokasi untuk memberi pertolongan. “Pertolongan diberikan secara langsung disertai dengan pemberian bantuan berupa logistik dan kebutuhan warga seperti selimut,” ucapnya.