Jakarta, Gatra.com - Guru Besar IPB, Prof. Dr. Ir Hermanto Siregar mengapresiasi berbagai kebijakan Kementerian Pertanian (Kementan), terutama mengenai mitigasi dan pengendalian cuaca ekstrem. Hasilnya, produksi padi pada setiap musim tanam selalu menunjukan hasil positif. Menurut Hermanto, Kementan bersama petani sejauh ini sukses berkolaborasi menjaga produksi padi sesuai koridor dan target yang telah ditentukan. Bahkan, Kementan dinilai sigap karena telah menyiapkan Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) sebagai jaminan dan perhatian terhadap nasib dan kesejahteraan para petani.
"Kondisi pandemi sejak tahun lalu sudah terbukti disikapi dengan baik oleh Kementan, yaitu kebijakan yang mendorong petani meningkatkan produksi. Dari pihak petani juga ada kesadaran akan pentingnya menjaga ketahanan pangan, terutama pada level rumah tangganya sendiri," ujar Hermanto, Selasa, 2 Maret 2021.
Dalam suasana pandemi ini, kata Hermanto, mitigasi harus dilakukan dengan sigap dan terukur. Para petani merupakan tulang punggung sekaligus pejuang yang tidak boleh diabaikan.
"Di era pandemi yang belum pasti kapan berakhir ini, berbagai risiko memang harus diantisipasi. Nah, kebijakan Kementan dan kesadaran para petani adalah bekal penting untuk menjaga kondisi musim tanam di tahun 2021. Tapi secara keseluruhan saya menilai produksi padi Indonesia mengalami peningkatan yang cukup baik," katanya.
Meski demikian, menurut Hermanto, ada tiga masukan penting yang harus dilakukan pemerintah agar prakiraan kenaikan produksi dapat diwujudkan. Pertama, pemerintah perlu memastikan ketersediaan pupuk di level petani. Kedua, lahan usaha tani non-sawah harus ditanami padi ladang atau jenis lain yang sesuai. Akhirnya, usaha tani padi non-sawah mampu dikerjakan secara optimal.
"Ketiga, penyuluhan atau pemberdayaan petani harus dilaksanakan lebih efektif untuk mendorong Kostratani bekerka secara riil dan dapat meningkatkan ketahanan pangan serta kesejahteraan petani," katanya.
Sebagaimana diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis adanya potensi peningkatan produksi padi pada tahun ini sebesae 4,86%. Kenaikan terjadi karena panen raya di awal tahun, terutama di sejumlah daerah terus menunjukan tren positif.
Berdasarkan catatan BPS, pergerakan produksi beras mencapai 54,56%. Angka ini masih lebih tinggi ketimbang angka tahun 2019 yang hanya 54,60%. Adapun total luasan panen pada tahun 2020 lalu mencapai 10,66 juta hektar dengan sentra produksi terbesarnya masih meliputi Provinsi Jawa Timur.
Di samping itu, produksi beras pada tahun 2020 lalu juga mengalami kenaikan yakni sebesar 31,33% apabila dibandingkan tahun 2019 yang hanya 31,31%. Meski mengalami kenaikan, kata Suhariyanto, pemerintah berhasil mengendalikan produkai beras, segingga kebutuhan di tingkat masyarakat masih tercukupi dengan baik.
"Perkiraan BPS itu sangat wajar karena triwulan I tahun 2021 panen padi akan cukup signifikan. Hal ini karena dua bulan terakhir tahun 2020 areal-areal padi kita mendapat curah hujan yang cukup memadai. Namun demikian, puncak panen padi akan terjadi pada triwulan II tahun 2021," tutupnya.