Palembang, Gatra.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), memprediksi puncak kemarau di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) akan terjadi pada Agustus 2021 mendatang.
Kepala Stasiun Klimatologi Palembang, Hartanto, mengatakan kondisi kemarau diperkirakan akan mulai terjadi pada Mei mendatang, dengan peralihan musim pada April yang menyebabkan intensitas curah hujan menurun.
“Sedangkan potensi Karhutla (Kebakaran Hutan dan Lahan) mulai akan muncul dengan puncak kemarau yang terjadi pada Agustus mendatang,” ujarnya di Palembang, Selasa (2/3).
Menurutnya, karakteristik kemarau tahun ini akan kembali normal seperti musim kemarau di Sumsel pada umumnya. Jadi, musim kemarau pada tahun ini pun tidak akan berbeda jauh dari 2019 lalu. Dimana kondisi kemarau tahun ini akan lebih kering dari 2020 lalu.
Dikatakan, jika tahun sebelumnya cuaca di Sumsel dipengaruhi La Nina, maka tahun ini pengaruh La Nina akan mulai melemah pada Mei nanti. Bahkan, beberapa kabupaten seperti Ogan Komering Ilir (OKI) dan Musi Banyuasin (Muba), telah mengalami kekeringan pada lapisan permukaan tanah.
“Ya, jadi tahun ini memang agak kering. Maret ini masih musim hujan dengan intensitas hujan lebat tinggi, lalu saat masuk April masa peralihan potensinya cuaca ekstrem,” katanya.
Dikatakannya, kondisi Hari Tanpa Hujan (HTH) tahun ini juga patut diwaspasai. Sebab, BMKG melihat sinyal awal kondisi kekeringan lantaran tak adanya hujan saat kemarau tiba.
Karena itu, lanjutnya, diperlukan langkah cepat bagi pemerintah dan pihak-pihak terkait dalam penanganan Karhutla untuk tetap waspada lantaran HTH akan berjalan cukup lama.
“Itu (HTH di Sumsel) tahun ini diprediksi sekitar tiga bulan di puncak kemarau. HTH akan dimulai dari Juni, Juli, Agustus sampai awal September. Prediksi tidak sekering 2019, tapi lebih kering dari 2020,” ujarnya.