Siak, Gatra.com- Di Kabupaten Siak, Provinsi Riau, ada situs sejarah yang seolah dilupakan. Namanya, Kato. Kato, merupakan sebuah kapal milik Sultan Siak Sri Indrapura. Kapal ini, sudah ada sejak abad ke-20. Berbeda dengan kapal tradisional umumnya, Kapal Kato merupakan kapal besi berbahan bakar batu bara. Kapal dengan ukuran 12 meter dan berat 15 ton ini selalu dinaiki Sultan Siak saat berkunjung ke daerah-daerah kekuasaannya.
Sebagai daerah maritim, Sultan Siak memiliki daerah kekuasaan yang dilalui oleh sungai-sungai besar. Sungai ini pun dimanfaatkan untuk menuju ke daerah bawahannya maupun untuk berpesiar menggunakan Kapal Kato.
Saat ini, Kapal Kato sudah ditarik ke darat dijadikan monumen sejarah perjalanan Kerajaan Siak. Kato diletak sebelah Istana Siak yang dikenal dengan nama Asserayah Alhasyimiyah.
Namun, menengok kondisi kapal saat ini, sangatlah miris. Sekilas terlihat, Kapal Kato bak besi rongsokan yang tak bertuan. Cat kapal sudah mengeliling terkelupas, besi kapal pun, terlihat sudah mulai mengeropos dan karatan.
Pemerhati Sejarah di Kabupaten Siak, Budhi Ramadhan mengaku heran kapal ini tidak begitu diperhatikan pemerintah daerah. Padahal, Kapal Kato ini masuk salah satu zonasi Kawasan Kota Pusaka.
Belum lagi, tahun ini Pemkab Siak memalui Dinas PU Tarukim, juga melakukan Revitalisasi Kawasan Kota Pusaka. Namun, Kapal Kato tidak masuk kedalam revitalisasi dengan anggaran Rp2 miliar lebih tersebut.
"Ada tiga zonasi Kawasan Kota Pusaka, yakni; zonasi kolonial, pecinan dan kesultanan. Kapal Kato ini masuk zonasi kesultanan. Tapi saya juga heran kenapa tidak direvitalisasi," kata Budhi menjawab Gatra.com, Senin (1/3).
Terpisah, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Siak, Fauzi Asni pun mengakui kondisi Kapal Kato saat ini. Namun, ia mengatakan tahun ini belum bisa memperbaiki kapal tersebut lantaran terkendala anggaran. "Tak ada duitnya (anggaran), jadi tahun ini belum bisa diperbaiki," singkat Fauzi melalui pesan WhatsApp.