Sleman, Gatra.com - Jenazah Artidjo Alkostar sempat akan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan, Jakarta. Namun rencana itu gagal karena data soal penghargaan Satyalancana yang diterima Artidjo tak ditemukan.
Momen itu membuat Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri teringat pesan mendiang tentang hak seorang manusia. Firli mengatakan pihaknya tak bisa memberi apapun pada anggota Dewan Pengawas KPK itu, kecuali doa.
"Semoga dilapangkan dalam menghadap Allah SWT dan menjadi ahli surga," kata Firli di sela pelepasan jenazah di Auditorium Abdulkahar Muzakkir, Universitas Islam Indonesia (UII), Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin (1/3).
Firli mengenang setiap pertemuan dengan Artidjo selalu diwarnai kisah dan inspirasi. "Beliau sangat sederhana, humble, rendah hati, dan beliau memegang prinsip menerima apa yang telah diberikan," katanya.
Menurut Firli, pihak KPK kesulitan mencari dokumen tentang penghargaan Satyalancana yang telah diterima oleh Artidjo supaya dapat dimakamkan di Taman Makam Pahlawan. "Ternyata tidak bisa (ketemu)," katanya.
Dengan kondisi itu, Firli pun teringat pesan Artidjo. "Beliau pernah menyampaikan kepada saya pribadi, 'Pak Firli, hidup itu adalah bersyukur, ikhlas, dan sabar'," katanya.
Menurut Firli, pesan tersebut bisa diartikan agar kita bersyukur, ikhlas, dan sabar dengan segala sesuatu yang terjadi. "Bersyukur, ikhlas, dan sabar akan apa yang akan diberikan Allah SWT, " katanya.
Firli juga teringat wasiat Artidjo tentang hak seorang manusia. "Pak Firli tidak perlu mencari, meminta, tidak perlu melakukan tawar-menawar. Jika sesuatu merupakan hak kita, maka akan diberikan," kata Firli menirukan pesan mantan Hakim Agung itu.
Menurut Firli, pesan Artidjo dan raibnya dokumen penghargaan itu bisa jadi pembelajaran. "Kami tidak menemukan dokumen tentang Satyalancana yang diperoleh beliau. Sementara pejabat tinggi negara setingkat beliau semuanya memiliki. Ini adalah pembelajaran bagi kita," ucapnya.