Medan, Gatra.com – Sejumlah peneliti, akademisi, jurnalis, dan pendidik merekomendasikan langkah strategis untuk mencegah kerugian jangka panjang akibat penurunan kemampuan belajar siswa (learning loss) di Indonesia.
Rekomendasi ini merupakan rangkuman webinar nasional yang bertajuk "Mitigasi Learning Loss untuk Mencegah Kerugian Ekonomi dan Sosial di Masa Depan Akibat PJJ Berkepanjangan".
Webinar tersebut digelar oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Borneo Tarakan (UBT) bersama Program Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI) pada Kamis, 11 Februari 2021. "Lebih dari 1.400 peserta dari seluruh Indonesia mendaftar untuk mengikuti webinar ini," terang Tim Kerja Bidang Humas dan Komunikasi Webinar FKIP UBT INOVASI, Erix Hutasoit di Medan, akhir pekan ini.
Erix mengatakan, webinar ini mengusulkan penggunaan kurikulum darurat, asesmen siswa, pembelajaran terdiferensiasi, pelatihan dan pendampingan guru, serta partisipasi masyarakat. Hal itu sebagai langkah kunci untuk mengantisipasi kerugian lebih besar akibat learning loss.
Rekomendasi ini akan diteruskan kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Kementerian Agama (Kemenag), pemerintah daerah, Lembaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan (LPTK), dan masyarakat. "Semoga rekomendasi ini bisa membantu kita mencegah learning loss," ujarnya.
Dekan FKIP UBT, Dr. Suyadi, M.Ed, mengatakan, upaya Kemdikbud dan Kemenag untuk mencegah learning loss melalui pembukaan sekolah harus diikuti dengan upaya pemulihan kemampuan belajar. Upaya pemulihan ini dibutuhkan agar siswa mampu mengejar ketertinggalannya akibat terlalu lama belajar dalam kondisi darurat.
Pemulihan ini harus didukung dengan penyesuaian kurikulum agar pembelajaran terfokus pada kompetensi literasi dan numerasi. "Kami mengusulkan kepada pemerintah pusat agar meneruskan kebijakan kurikulum darurat, paling tidak untuk tahun ajaran 2021. 2022," katanya.
Penggunaan kurikulum darurat tidak hanya mengurangi beban mengajar guru tetapi juga memberikan kesempatan kepada guru untuk menerapkan teaching at the right level (TaRL) dan remedial bagi siswa yang kehilangan kompetensi. Dengan dilanjutkannya kurikulum darurat, maka guru memiliki waktu lebih banyak untuk memperhatikan siswa secara individual.
"Namun dinas pendidikan perlu memberikan kepastian kepada guru tentang penggunaan kurikulum darurat dan target belajar. Sekalipun Kemdikbud sudah merilis kurikulum darurat," ujarnya.
Menurut Suyadi, meskipun Kemendikbud sudah merilis kurikulum darurat, masih banyak kepala sekolah dan guru masih ragu dan takut menggunakannya. Alasan utamanya karena tidak ada arahan yang tegas dari dinas pendidikan setempat.