Jepara, Gatra.com- Seluruh bagian pohon keramat di Petilasan Ratu Kalinyamat yang ambruk. Tidak diperkenankan keluar dari kompleks petilasan yang berlokasi Di Desa Tulakan, Kecamatan Donorojo, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Bahkan hanya sekedar sehelai daun pun.
Kepala Desa Tulakan, Budi Sutrisno mengatakan, pohon Winong berusia ratusan tahun ini memiliki nilai sejarah dan kesakralan. Apalagi dahulu menjadi tempat istirahat Ratu Kalinyamat saat menjalani Tapa Wuda.
“Sesuai kesepakatan bersama. Tidak, kayu tidak akan keluar dari area petilasan. Juru kunci akan menjaganya,” ujarnya, Kamis (25/2).
Ia melanjutkan, bagian pohon setinggi 1-3 meter termasuk akar pohon Winong bakal ditanam kembali di tempatnya semula. Sedangkan bagian pohon lainnya, seperti batang, dahan dan ranting bakal dimuseumkan.
“Bagian lain kita museumkan. Untuk lokasi museum tetap berada di area petilasan. Karena pohon ini memiliki nilai history yang tak ternilai bagi warga Jepara,” terang Budi.
Uniknya, sebelum menggelar bersih-bersih dan mendirikan kembali pohon Winong. Warga setempat menggelar ritual selamatan dengan pembacaan Manaqib dan Tahlil di Petilasan Ratu Kalinyamat.
“Tadi pukul 06.00 WIB, kami menggelar selamatan di Petilasan Ratu Kalinyamat. Ini kami lakukan sebelum membersihkan pohon yang tumbang. Dilanjut dengan makan bersama,” beber Budi.
Diberitakan sebelumnya, tidak ada angin, tidak ada hujan, sebuah pohon bersejarah yang berumur ratusan tahun di Pertapaan Ratu Kalinyamat, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah mendadak roboh, Rabu (17/2). Warga di sekitar lokasi tak berani melangsungkan proses evakuasi pohon yang meluluhlantakkan petilasan sang ratu.
Kepala Desa Tulakan, Budi Sutrisno mengatakan, Pohon Winong berusia ratusan tahun itu, merupakan tempat peristirahatan Ratu Kalinyamat saat melakoni Tapa Wuda (Bertapa Telanjang).
Lokasinya berada di RT 01/RW 10 Dukuh Sonder, Desa Tulakan, Kecamatan Donorojo, Kabupaten Jepara. Pohon tua berdiameter lebih dari 1,5 meter itu, ambruk sekitar pukul 06.00 WIB. Beruntung, tak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut.
"Padahal sebelumnya, salah seorang petugas membersihkan ruangan sekitar pukul 05.30 WIB. Dan tidak ada hujan tidak ada angin," kata Budi, Rabu (17/2).
Satu-satunya pohon terbesar di Jepara itu, lanjutnya, roboh dan menimpa hampir seluruh bangunan petilasan pertapaan Ratu Kalinyamat. Bangunan paling rusak parah, disebutkannya, adalah bangunan aula, musala, dan toilet.
Saat ini, pihaknya belum berani berbuat banyak. Pihaknya lebih memilih menunggu intruksi dari Bupati Jepara Dian Kristiandi untuk menentukan pilihan, apakah pohon itu akan ditebang atau dibiarkan.
Sebab, menurut Budi, pohon Winong tersebut merupakan bagian dari cagar alam yang dilindungi. Pohon winong atau binong (Tetrameles nudiflora) termasuk tumbuhan yang langka. Pohon winong termasuk salah satu nama pohon yang kurang terkenal dan familier di telinga kita. Di Vietnam dan Kamboja pohon ini biasa tumbuh di antara reruntuhan candi atau bangunan kuno. Biasanya pohon ini sudah berusia ratusan tahun. "Karena itu situs bersejarah, kami tidak berani asal membersihkan," ujarnya.