Karanganyar, Gatra.com - Kondisi Makam Dusun Bendungan, Desa Klodran, Colomadu, Karanganyar, Jawa Tengah makin kritis. Erosi membuat lahan permakaman di tebing bantaran Kali Pepe tersebut terkikis. Entah berapa banyak jasad yang sudah berjatuhan ke dasar tebing, tersangkut maupun hanyut ke sungai.
Pantauan Gatra.com di permakaman itu, Rabu (24/2), tersisa dua makam berada tepat di bibir tebing belum dipindah. Keduanya berjarak sekitar tiga meter. Salah satunya tertutup rimbun semak-semak. Awalnya, terdapat 25 kuburan berposisi di sana. Karena rawan ambrol dan jasadnya melorot, ahli waris memindahkannya secara mandiri. Lima kuburan digali dan jasadnya dipindah pada 2019 lalu. Kemudian berlanjut beberapa lagi secara bertahap. Sedangkan yang belum dipindah, makin berkondisi mengenaskan. Bongkahan nisan berserakan di dasar tebing, menandakannya jatuh dari atas. Tak ada yang tahu siapa ahli warisnya.
Lantaran erosi yang kian mengikis, jasad di dalamnya yang sudah tidak utuh, berguguran ke bawah. Kain kafannya tersangkut dahan yang mencuat di dinding tebing. Pemandangan itu memunculkan suasana seram bagi yang melihatnya.
"Itu bukan jenazah utuh, tapi jasad yang berjatuhan. Mungkin sampai hanyut karena jatuh ke sungai. Yang masih bisa terlihat, sobekan kain kafannya itu tersangkut. Agak seram juga. Dari bibir tebing ke bawah tingginya 8 meter. Kalau Kali Pepe banjir, bisa meluap sampai ketinggian separuh tebing," kata Kadus Bendungan, Galih Pradiatma saat ditemui Gatra.com di kediamannya, Rabu (24/2).
Kebanyakan kuburan di Makam Bendungan yang berada jauh dari tebung, berposisi aman. Namun hanya menunggu waktu sampai tebing ambrol. Galih mengatakan pengikisan tebing dipicu pekerjaan PSDA pada beberapa tahun silam. Belum selesai pembuatan tanggul di tebing bantaran, pekerjaan itu sudah dihentikan. Setelah setahun setelah mandek, mulai terjadi pengikisan di tebing makam. Pembuatan penyangga sederhana dari batang bambu tak efektif menahan erosi.
"Air hujan mengalir ke bibir tebing, akhirnya tambah tergerus terus menerus," katanya.
Galih mengatakan sudah mengumumkan kondisi tersebut agar para ahli waris memindah kuburan sebelum ambrol. Ia tak tahu pasti sejak kapan ada Makam Bendungan. Setahu dirinya, itu kuburan nenek moyang warga setempat. Sampai sekarang masih dimanfaatkan warga.
"Masih ada yang menguburkan di situ. Makamnya belum ditutup karena masih ada sisa lahan di sana," katanya.
Ia mengatakan setelah foto dan pemberitaan terkait Makam Bendungan beredar viral di media sosial, pemerintah mulai turun tangan. Petugas dari BBWSBS (Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo) memasang lagi sarana penyangga tebing. Bahkan Bupati Karanganyar Juliyatmono meninjau langsung makam tersebut pada Senin (22/2).
"Beliau bilang mau memasang penyangga sementara dari dana pribadi," katanya.