Jakarta, Gatra.com – Dua asosiasi akuntan global yakni ACCA (The Association of Chartered Certified Accountants) dan IMA® (Institute of Management Accountants) baru-baru ini meluncurkan survei terbaru Global Economic Conditions Survey (GECS).
Survei tersebut menunjukkan bahwa pada awal 2021, optimisme global di kuartal IV-2020 mengalami stagnasi dan kerentanan. Mayoritas responden dari survei tersebut mengatakan kerentanan itu disebabkan oleh kondisi pandemi yang belum mereda. Lebih lanjut, survei yang dilaksanakan pada 20 November hingga 8 Desember 2020 itu melibatkan 3.086 responden dari anggota ACCA dan IMA, termasuk 300 peserta dari CFO, serta melibatkan 3.000 akuntan senior dari seluruh dunia.
Survei dari ACCA dan IMA mencatat bahwa ekonomi global mengalami kontraksi sekitar 4,5% pada 2020, di mana angka itu merupakan angka penurunan terbesar dari aktivitas global dalam beberapa dekade terakhir.
Ekonomi dunia disinyalir masih berada dalam kondisi pemulihan dari kelemahan yang diakibatkan oleh penerapan lockdown di paruh pertama 2020. Kondisi ekonomi global kembali mengalami penurunan akibat gelombang kedua pandemi Covid-19 yang memicu lockdown berikutnya.
Survei itu memperkirakan kemungkinan terjadinya pemulihan yang stabil tahun 2021. Namun di sisi lain, ketidakpastian yang berkelanjutan dinilai dapat menghambat kepercayaan konsumen dan bisnis. Diperkirakan bisnis dapat rebound ke posisi normal akan tercapai pada pertengahan tahun 2022.
Head of ACCA USA, Warner Johnston mengatakan, tahun lalu merupakan tahun terburuk bagi ekonomi global untuk beberapa dekade terakhir. “Kita akan melihat pemulihan di tahun 2021, namun belum bisa dipastikan kapan dan seberapa kuat. Kami memperkirakan permulaannya akan lemah, yang diikuti oleh momentum pemulihan di paruh kedua,” ujar Johnston.
Ia mengatakan kemajuan ekonomi akan sangat bergantung pada evolusi virus Covid-19 dan kemajuan program vaksinasi. “Dan ada ketidakpastian yang sangat besar seputar perkembangan ini,” kata Johnston.
Vice President of Research dan Policy IMA, Raef Lawson menyebutkan pandemi Covid-19 telah membuat jutaan orang jatuh ke kemiskinan yang ekstrim akibat resesi yang dialami pasar rontok dalam beberapa dekade terakhir tahun lalu.
“Respon kebijakan terhadap pandemi ini telah membuat keuangan publik di sebagian besar ekonomi dalam keadaan buruk, yaitu dengan defisit anggaran sekitar 10-15% dari Produk Domestik Bruto (PDB) di beberapa negara, dan dengan rasio utang terhadap PDB lebih dari 100%,” kata Raef.
Dirinya mengatakan hal itu menjadi tantangan besar bagi para pembuat kebijakan untuk menentukan kapan harus menarik dukungan kebijakan dan kapan kebijakan harus diperketat untuk membangun kembali keuangan publik. “Kesalahan kebijakan akan berisiko kegagalan pemulihan ekonomi,” ucapnya.
Di kesempatan terpisah, Chief Economist ACCA, Michael Taylor menyatakan sejak survei selesai dilakukan Desember lalu, terlihat ada peningkatan tingkat infeksi Covid-19 yang mendorong negara-negara untuk memberlakukan kembali kebijakan pembatasan sosial, termasuk lockdown nasional yang lebih jauh menyebabkan memburuknya prospek ekonomi global pada awal 2021 sejak survei pada kuartal IV.
Pada waktu yang bersamaan, semakin progresifnya pengadaan vaksin meningkatkan harapan perbaikan kondisi ekonomi hingga akhir tahun ini. “Akan tetapi, di sisi yang berseberangan, tingkat pengangguran akan meningkat di banyak negara yang berpotensi merusak kepercayaan konsumen dan membatasi kekuatan perusahaan untuk rebound,” ujarnya.
Lebih jauh, Raef menambahkan prediksinya terhadap risiko dan prospek tahun mendatang. Banyak hal bergantung kepada evolusi virus Covid-19 dan variannya, tingkat infeksi dan kecepatan, serta efektivitas program vaksinasi yang berjalan. “Kelemahan ekonomi pada awal 2021 ketika virus mendominasi menjadi perhatian utama, yang diikuti oleh momentum pengumpulan pemulihan di akhir tahun ketika program vaksinasi sudah mulai berjalan yang menimbulkan risiko signifikan,” katanya.
Selain itu, ada kemungkinan risiko lain yang dapat terjadi seperti kemunculan varian virus Covid-19 yang diindikasikan kebal terhadap vaksin serta efek samping yang tidak diharapkan.
“Minimnya implementasi program vaksin juga merupakan risiko yang bersinggungan dengan faktor kesehatan dan dapat menyebabkan penyimpangan jalur pemulihan,” pungkas Raef.
Survei kolaborasi ACCA dan IMA juga memunculkan temuan penting lainnya dari kuartal IV-2020 sebagai berikut :
1. Indeks tatanan global, ketenagakerjaan dan penanaman modal mencatatkan sedikit peningkatan lebih lanjut, tetapi masih menunjukkan aktivitas yang jauh di bawah tingkat sebelum krisis pada kuartal keempat tahun 2019.
2. Indeks “fear”, kekhawatiran terhadap pelanggan dan pemasok yang bangkrut menunjukkan sedikit penurunan pada kuartal keempat 2020 namun tetap tinggi, secara jelas menandakan ketidakpastian ekstrem pada prospek ekonomi global awal 2021.
3. Terdapat peningkatan kepercayaan yang besar di Timur Tengah yang mungkin didukung oleh berlanjutnya pemulihan harga minyak.
4. Lebih dari 50% responden di Asia Pasifik, Amerika Utara, dan Asia Selatan berharap akan pemulihan yang berkelanjutan pada paruh kedua tahun ini.