Yogyakarta, Gatra.com - Cuaca ekstrem karena bibit badai siklon mengancam kawasan pantai Daerah Istimewa Yogyakarta. Tim Search and Rescue (SAR) dan relawan pun diminta meningkatkan kewaspadaan untuk mengantisipasi risiko bencana.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati mengatakan, potensi cuaca ekstrem tersebut dipengaruhi sirkulasi siklonik.
"Bukan badai siklon, tapi bibitnya. Benih yang tidak berkembang sampai badai siklon," kata Dwikorita di kompleks kantor Pemda DIY, Selasa (23/2).
Dwikorita mengatakan sirkulasi siklonik tersebut bermula dari utara Australia dan saat ini sampai di selatan Nusa Tenggara. "Diprediksi sampai DIY pada tanggal 25," katanya.
Menurut Dwikorita, sirkulasi siklonik itu berjarak ratusan kilometer dari Gunungkidul. Namun fenomena alam itu bisa menimbulkan dampak berupa angin kencang, hujan lebat, dan gelombang tinggi. "Dampaknya bisa sampai pesisir," ucapnya.
Namun, secara terpisah, Sekretaris Dinas Pariwisata Gunungkidul, Harry Sukmono, mengatakan, sejauh ini belum ada petunjuk untuk menutup destinasi wisata di wilayah pesisir setelah adanya peringatan BMKG itu. Menurutnya, turis masih bisa berkunjung pada 24 - 28 Februari mendatang. "Tidak ditutup. Belum ada petunjuk," katanya.
Kepala Pelasana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul, Edy Basuki, mengatakan, info dari BMKG mengenai sirkulasi siklonik itu menjadi acuan untuk kesiapsiagaan.
"Sudah dipahami oleh teman-teman SAR dan relawan. SAR pantai akan selalu mengingatkan tentang kondisi tersebut," katanya.
Edy mengatakan, selama Januari 2021 tercatat terjadi 48 bencana, seperti banjir, tanah longsor, kebakaran, angin kencang, dan tanam ambles.
Menurutnya, kerugian atas bencana tersebut mencapai Rp535 juta, berupa kerusakan gedung, jaringan listrik, talud ambrol, hingga akses jalan rusak. "Perbaikan memakai APD ada di OPD yang punya tupoksi," ucapnya.