Home Gaya Hidup Rara Sekar Larasati & Inspirasi Pulau Pari

Rara Sekar Larasati & Inspirasi Pulau Pari

Musikus sekaligus aktivis kemanusiaan, Rara Sekar Larasati, menaruh perhatian khusus terhadap perjuangan warga Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta. Perjuangan mereka dalam menjaga dan mempertahankan tanah yang sudah dihuni secara turun-temurun hingga beberapa generasi tersebut, dituangkan Rara ke dalam lirik ‎lagu.

‎"[Membuat lirik] lagu, ya kepikiran, langsung tadi nulis. Aku pengen nangis denger Teh Nia (warga Pulau Pari) cerita. Luar biasa, aku sangat tergerak, terenyuh juga," ujar Rara dalam diskusi virtual yang diikuti Wartawan GATRA, Iwan Sutiawan, Jumat pekan lalu.

Sambil menunjukkan buku catatannya dalam diskusi tentang film "Trilogi Pulau Pari 10 Bali Baru?", mantan vokalis Banda Neira ‎dan Daramuda Project ini, mengungkapkan bahwa dirinya sangat terinspirasi untuk membuat lagu ‎dari perjuangan warga Pulau Pari‎. Mereka, kata Rara, konsisten menjaga alam agar tetap lestari, di antaranya dengan bergotong royong mengelola pariwisata berkelanjutan.

Selain itu, warga Pulau Pari tetap tegak berdiri meski mengalami ancaman kriminalisasi dari pihak korporasi yang mengeklaim sebagai pemilik pulau yang menjadi objek wisata bahari favorit di Jakarta itu. "Tadi aku bilang, banyak harapan, tapi juga kesel karena tren kriminalisasi ini bukan cuma di Pulau Pari, Kepulauan Seribu,‎" ucap perempuan yang sempat magang sebagai aktivis kemanusian di KontraS (Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan) itu.

Menurut Rara, banyak cara bagi siapa pun untuk mendukung perjuangan warga Pulau Pari. Kalaupun tidak bersedia mengunggah #savepulaupari, dukungan bisa dilakukan melalui cara lain sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. ‎"Ada kerja-kerja lain, kerja-kerja advokasi yang mungkin enggak langsung, tetapi sebenarnya bersamaan saling menolong," ucap kakak dari penyanyi ‎Isyana Sarasvati itu.

Rara berharap, perjuangan warga Pulau Pari dapat tercapai, yakni bisa mengelola dan menjaga pulaunya tanpa ada lagi rongrongan dari pihak yang ingin mengambil alih. "Perjuangan yang dimenangkan," ujar perempuan ‎lulusan program magister Cultural Anthropology Victoria University of Wellington, Selandia Baru itu.

417