Semarang, Gatra.com- Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo memberikan peringatan keras kepada 10 perusahaan yang masih nekat membuang limbah di aliran sungai Bengawan Solo.
Kalau masih tetap membandel, perusahaan itu bakal dipidanakan karena sebelumnya telah diberikan kesempatan selama satu tahun memperbaiki instalasi limbah dan tidak membuang ke sungai.
“Dari laporan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Jateng masih ada 10 perusahaan yang masih ngeyel membuang limbah ke aliran sungai Bengawan Solo. Saya ingatkan dengan keras,” kata Ganjar usai Rapat Koordinasi Kebencanaan secara daring, di Kantor Gubernur di Semarang, Selasa (16/2).
Tanpa menyebutkan nama 10 perusahaan itu, Ganjar meminta Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Bengawan Solo agar memberikan perhatian serius kasus tersebut.
Termasuk kepada para peternak baibi yang masih membuang bangkai-bangkai ternak atau limbahnya ke aliran sungai Bengawan Solo yang membuat tercemar.
“Saya sudah ingatkan kepada BPDA Bengawan Solo karena perusahaan dan peternak sudah diberikan kesempatan satu tahun untuk tidak membuang limbah ke sungai Bengan Solo, maka kita koordinasi dengan pusat, agar mereka memperbaiki atau dipidanakan,” ujarnya.
Selain masalah pencemaran sungai Bengan Solo, Ganjar dalam rapat koordinasi juga membahas pengendalian kebencanaan mulai dari wilayah sungai, kehutanan, hingga jalan.
Hadir dalam rapat koordinasi dari Perum Perhutani, BBWS Pemali-Juana, BBPJN VII Jateng-DIY, BPDAS Bengawan Solo, BPDAS Jratun, BMKG Stasiun Klimatologi Klas II Semarang, Dinas LHK, Dinas PU Binamarga dan Cipta Karya, serta Dinas ESDM.
Menurut Ganjar dengan mengumpulkan pemangku kebijakan tersebut untuk sinkronisasi pengendalian bencana yang terjadi di Jateng agar cepat tertangani.
“Saya minta sekarang semua kekuatan dikonsolidasikan. Seluruh pemangku kepentingan kami minta ayo kendalikan potensi bencana apakah itu longsor atau banjir sedini mungkin,” ujarnya.
Kepada pada peserta rapat, Ganjar meminta untuk merespon cepat bila terjadi bencana, karena masyarakat saat ini menuntut pelayanan yang optimal.