Yogyakarta, Gatra.com - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta sekaligus Raja Keraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X, meminta warga tetap semangat tanpa sambat atau berkeluh kesah menghadapi pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).
Hal itu disampaikan Sultan di pidato khususnya, Sapa Aruh: Mengadaptasi Perubahan, Menggugah Semangat Bangkit Ekonomi di kompleks kantor Gubernur DIY, Kepatihan, Kota Yogyakarta, Selasa (16/2). Sultan didampingi Wakil Gubernur DIY KGPAA Paku Alam X dan Sekda DIY Kadarmanta Baskara Aji.
"Mahkluk yang mampu mempertahankan hidup bukan yang terbesar, terkuat atau terkaya. Tapi mereka yang paling bisa beradaptasi dengan perubahan," ujar Sultan di awal pidatonya.
Ia pun mempertanyakan kesiapan menyongsong perubahan dan sistem baru. "Maka, ubahlah cara berpikir dan bertindak sejak sekarang juga! Kalau dulu, suntikan semangatnya 'merdeka atau mati!', kini pilihannya juga tinggal dua: 'kolaborasi atau mati' –collabs or collapse," kata dia.
Di masa PPKM, ia meminta warga belajar dari nelayan dan petani saat merespons kondisi sulit. Menurutnya, para nelayan sadar, saat tak bisa melaut, plankton tumbuh lebih subur dan ikan-ikan berkembang biak, dan mereka bisa kembali mendapat ikan.
"Para nelayan tidak pernah menghujat gelombang dan badai, tetapi mereka mengetahui kapan saat terbaik untuk istirahat. Tetap semangat tanpa sambat," kata dia.
Menurut Sultan, beberapa bulan ini, wajah media penuh dengan berita tentang Covid-19 dan segala dampak yang menakutkan. "Kecemasan mengintai separuh warga dunia. Sektor usaha yang paling merasakan dampaknya," katanya.
Seperti halnya nelayan dan petani, menurut Sultan, pelaku bisnis semestinya juga mengenal masa jeda. "Bukan untuk tidak produktif, tetapi justru untuk lebih produktif dengan memperbaiki peranti-peranti bisnis," kata dia.
Sultan menyatakan saat datangnya wabah Covid-19 inilah momentum terbaik bagi para pelaku bisnis untuk memperbaiki fasilitas, meningkatkan kemampuan SDM dan menajamkan wawasan bisnis.
"Pemerintah wajib memberikan insentif dan stimulus ekonomi sebagai modal survival untuk gumrégah-bangkit. Dalam hal ini, saya menyediakan ruang dialog untuk mencari solusi terbaik," ujarnya.
Menurut dia, Covid-19 bukanlah sekadar mampir. "Selesainya pun tidak bisa kita prediksi. Bukankah Depresi tahun 1929 berlangsung selama 6 tahunan? Karena itu, tidak bisa lain, hadapi dan terima kenyataan. Bisnis harus mencari model atau rekayasa baru yang berbiaya murah dan terima pembayaran cepat," kata dia.
Ia meminta tak menghitung kehilangan kita, namun hitunglah apa yang tersisa. "Sekecil apapun penghasilan kita pasti akan cukup, bila digunakan untuk kebutuhan hidup. Sebesar apapun penghasilan kita pasti akan kurang, bila digunakan untuk gaya hidup dan memenuhi kepuasan hati," ujarnya.
Sultan juga meminta tak menyelesaikan masalah dengan mengeluh atau marah. "Selesaikan saja dengan sabar, bersyukur, bekal optimisme. Teruslah melangkah walau banyak rintangan, dan jangan takut saat tidak ada lagi tembok untuk bersandar, masih ada lantai untuk bersujud," tuturnya.