Home Gaya Hidup Dari Pemancing, Mbok Sabar Olah Ikan Sidat Jadi Menu Nikmat

Dari Pemancing, Mbok Sabar Olah Ikan Sidat Jadi Menu Nikmat

Bantul, Gatra.com - Berawal dari hobi mengonsumsi ikan sidat alias Anguilliformes, pemilik warung sate Mbok Sabar, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menawarkan olahan ikan kaya protein tersebut.
 
Beralamat di Jalan Parangtritis Km 13 atau tepatnya di selatan perempatan Bakulan, Desa Patalan, Kecamatan Jetis, warung Mbok Sabar yang sebelumnya mengkhususkan menjual olahan sate kambing dan sapi kini menjadikan olahan sidat sebagai menu tambahan.
 
"Awalnya kami hanya konsumsi sendiri, namun karena banyak peminatnya khususnya pelanggan yang tidak suka daging kambing, kami lantas menawarkan menu olahan ikan sidat sampai sekarang," kata pengelola warung Mbok Sabar, Andini, Sabtu (13/2).
 
Sempat berburu bahan baku di wilayah Kulonprogo dan Purworejo, saat ini pasokan bahan baku juga berasal dari Banyuwangi dan Cilacap.
 
Dari dua jenis ikan sidat yang dikenal masyarakat yaitu jenis sidat kebo (Anguilla bicolor) dan sidat macan (Anguilla marmorata), warung itu hanya mengelola sidat kebo.
 
"Untuk dijadikan sate, tongseng, gulai, atau pepes, ikan sidat jenis kebo yang tubuhnya berwarna cokelat kehitaman dinilai lebih kenyal dan kulitnya tidak keras dibanding sidat macan yang tubuhnya berbintik-bintik," katanya.
 
Menurut Andini, salah satu kekhasan olahan sidat di warungnya adalah bahan baku berasal dari peternakan. Meskipun sudah ada perternakannya, sidat dari Banyuwangi tidak menjadi pilihan karena dagingnya lembek.
 
Guna memenuhi kebutuhan 25 porsi seminggu dengan berat per porsi 2 ons, warung Mbok Sabar membutuhkan kurang lebih 25 kilogram sidat per minggu.
 
"Soal harga bervariasi. Tapi kami hanya menerima ikan sidat hidup dari pemancing dengan rata-rata harga per kilonya antara Rp60 ribu-Rp75 ribu," jelasnya. 
 
Karena kebutuhan cukup tinggi, bersama suaminya Hendro Sarjono, Andini terus berkomunikasi dengan para pemancing ikan sidat untuk mendapatkan bahan baku.
 
Untuk harga jual per porsi olahan ikan sidat, Andini mematok harga Rp25 ribu beserta nasi. Selama berjualan, Hendro mengaku pernah mendapat bahan baku ikan sidat seberat 19 kilogram dari salah satu pemancing. 
 
"Ini ikan sidat hidup terbesar yang kami olah. Saya beli waktu itu Rp65 ribu per kilogram," kata Hendro.
 
Salah satu pembeli yang ditemui Gatra.com, Eva Diana mengaku baru pertama kali menikmati olahan sidat. Kendati baru sekali mencicipi, dia menyukai tekstur daging sidat yang penuh protein itu.
 
"Dagingnya lebih kenyal dan gurih bila dibandingkan lele. Saya pasti akan sering-sering ke sini," katanya.
 
1667