Banyumas, Gatra.com – Pembudidaya ikan dewa di Karangtengah, Cilongok, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah tak bisa menyuplai ikan dewa konsumsi pada Imlek tahun ini. Sebab, setelah terdampak tragedi banjir bandang dan air keruh antara 2017-2018, ini adalah tahun kedua masa recovery atau pemulihan.
Pembudidaya Ikan Dewa di cilongok, Bing Urip Hartoyo mengatakan, pembesaran ikan dewa cukup lama, minimal dua hingga tiga tahun, untuk mencapai ukuran konsumsi. Sementara, produksi benih antara 2017 hingga 2018 berhenti total karena air keruh. Selain itu, banyak indukan ikan dewa yang mati karena sumber utama pengairan kolam, yakni Sungai Prukut keruh.
“Tahun pertama, itu recovery ya. Kalau tahun kedua (pembibitan) sudah kembali normal. Tapi bagi pemilik kolam ikan (pembesaran), ya itu, merugikan. Sama orang yang memanfaatkan aliran sungai itu ya merugikan,” katanya.
Dia menjelaskan, pada akhir 2016 dan dua tahun setelahnya, sumber utama pengairan kolam, Sungai Prukut terdampak aktivitas ekplorasi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Baturraden atau PLTP Gunung Slamet. Akibatnya, dia kehilangan indukan dan benih ikan pembesaran.
“(Pembesaran sampai ukuran konsumsi) itu lama, sampai tiga tahun. Nah itu pasti terdelay kan (ikan konsumsi),” jelasnya.
Tahun ini pembudidaya fokus pada breeding atau pembibitan. Sementara, ikan dewa ukuran konsumsi dipersiapkan sebagai indukan pada tahun mendatang. Petambak memilih menghentikan suplai ikan ukuran konsumsi untuk keberlanjutan pembibitan.
Seputaran Desa Karangtengah, itu membeli bibit dari saya, harganya pun saya subsidi,” kata Bing Urip Hartoyo.
Bing menambahkan, harga ikan dewa hidup ukuran konsumi dibanderol antara Rp700 ribu per kilogram, hingga Rp1.5 juta per kilogram, tergantung ukuran. Semakin besar ikan dewa, harganya akan semakin tinggi. Tertinggi adalah ikan dewa di atas ukuran dua kilogram per ekor, yang dibanderol dengan harga Rp1,5 juta per kilogram.