London, Gatra.com - Varian virus corona yang pertama kali ditemukan di wilayah Kent, Inggris, menjadi perhatian para ahli karena dapat merusak perlindungan yang telah diberikan oleh vaksin dalam pengembangan COVID-19.
Kepala program pengawasan genetik Inggris menyebut varian tersebut tentu dominan di negara itu dan kemungkinan besar dapat menular lebih luas.
Selama ini, COVID-19 telah menewaskan 2,35 juta orang dan memutarbalikkan kehidupan normal miliaran manusia, sementara beberapa varian baru yang muncul kembali mengkhawatirkan. Muncul keinginan agar vaksin yang ada perlu disesuaikan kembali agar manusia memiliki kekebalan yang kuat.
Direktur konsorsium COVID-19 Genomics UK, Sharon Peacock, mengatakan vaksin sejauh ini memang efektif melawan varian di Inggris, meski terus melakukan mutasi yang berpotensi merusak vaksinasi yang ada.
Peacock kepada BBC menyebut yang mengkhawatirkan sejauh ini adalah varian 1.1.7. Virus yang telah beredar selama beberapa minggu dan bulan itu mulai bermutasi kembali dan menjadi mutasi baru sehingga mempengaruhi penanganan virus dalam hal kekebalan dan efektivitas vaksin.
"Ini mengkhawatirkan bahwa 1.1.7, yang lebih mudah menular, yang telah melanda negara, sekarang bermutasi sehingga memiliki mutasi baru yang dapat mengancam vaksinasi," katanya.
Mutasi baru itu, pertama kali diidentifikasi di Bristol di Inggris barat daya, dan telah ditetapkan sebagai varian yang mengkhawatirkan.
Sejauh ini terdapat 21 kasus varian yang memiliki mutasi E484K, yang terjadi pada protein spike virus, perubahan yang sama seperti yang terlihat pada varian Afrika Selatan dan Brasil.
"Seseorang harus menjadi realis bahwa mutasi khusus ini telah muncul dalam silsilah taman komunal kita sekarang, setidaknya lima kali - lima kali terpisah. Dan ini akan terus bermunculan," kata Peacock.
Ada tiga varian utama yang mengkhawatirkan para ilmuwan: Varian Afrika Selatan, yang dikenal oleh para ilmuwan sebagai 20I / 501Y.V2 atau B.1.351; yang disebut varian Inggris atau Kent, yang dikenal sebagai 20I / 501Y.V1 atau B.1.1.7; dan varian Brasil yang dikenal sebagai P.1.
Peacock menyebut varian Inggris, yang lebih menular namun belum tentu lebih mematikan daripada yang lain, kemungkinan besar dapat menyebar luas di seluruh dunia.
"Begitu kita berada di atas (virus) atau itu bermutasi menjadi penyakit penyebab ganas - maka kita bisa berhenti mengkhawatirkannya. Tapi saya pikir, melihat ke masa depan, kita akan melakukan ini selama bertahun-tahun. Kami masih akan melakukan (penelitian) ini 10 tahun ke depan, menurut saya," katanya.
Dua vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh Pfizer-BioNTech dan AstraZeneca sejauh ini mampu melindungi dari varian utama Inggris.