Pekanbaru,Gatra.com- Ahli geologi Universitas Islam Riau (UIR), Husnul Kausarian Phd, mengungkapkan analisanya terkait semburan gas bercampur lumpur di Pesantren Al Ihsan, Kelurahan Tuah Negeri, Kecamatan Tenayan Raya, Kota Pekanbaru.
Dalam pengungkapan analisa tersebut Husnul menggandeng Tim Geologi UIR; Adi Hm Idayrus, Dinas ESDM Provinsi Riau, dan Natural Gas Expert Zul Fikar.
Diketahui semburan tersebut telah terjadi sejak Kamis (4/2). Menurutnya fenomena tersebut merupakan fenomena alam yang terjadi di daerah yang sumber minyak dan gas (migas). Apalagi Riau bagian utuh dari Cekungan Sumatera Tengah (CST) yang memiliki kandungan Migas yang besar.
"Secara spesifik untuk daerah Tenayan Raya, Kota Pekanbaru, kejadian tersebut sudah terjadi sebanyak enam kali. Namun, untuk kawasan Pesantren Al-Ihsan merupakan kejadian yang cukup menarik perhatian, lantaran durasi yang lama dan kandungan gas yang cukup besar dan disertai dengan material,"urainya,Rabu (10/2).
Husnul menerangkan ada 5 syarat yang harus terpenuhi untuk terjadinya gas bumi. Pertama, batuan induk haruslah batuan sedimen sebagai penghasil migas. Kedua, kondisi struktur migrasi yang memindahkan migas ke batuan reservoar. Ketiga, batuan reservoar haruslah berpori agar dapat menampung migas. Keempat, adanya jebakan hidrokarbon yang dapat mengurung migas. Kelima, adanya batuan penutup yang bersifat tidak bisa ditembus oleh migas yang bersifat cair.
"Nah,secara teori daerah di Pesantren Al-Ihsan ini memenuhi syarat untuk memiliki kandungan gas di bawah permukaannya. Ditinjau dari struktur geologi di bawahnya sangat mendukung adanya jebakan gas. Kan , di daerah Tenayan Raya ini juga terdapat sumur gas aktif yang dikelola oleh kontraktor,"tekannya.
Berdasarkan sampel lumpur yang terbawa oleh semburan gas, bisa disimpulkan bahwa material tersebut adalah jenis lumpur dan serpih yang berasal dari formasi Minas . Ini lantaran sampel lumpur tersebut tidak bereaksi terhadap larutan asam klorida (HCL). Kata Husnul, jika lumpur tersebut bereaksi atas larutan HCL maka merupakan sampel karbonatan atau berasal dari lautan.
"Jadi material lumpur serpih ini, disinyalir merupakan lapisan penutup gas bumi yang ada dibawah permukaan Pesantren Al-Ihsan. Lapisan tersebut terbuka saat proses pengeboran sumur bor di Pesantren," ungkapnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, dari data kandungan gas yang sudah diukur (per 9 Februari 2021 pukul 10:00 WIB), dengan pengukuran dari jarak lebih kurang 10 meter dari titik semburan, didapati data sebagai berikut: ditemukan diameter sumur akibat semburan gas menjadi 6.53 meter, tidak dijumpai kandungan yang berbahaya seperti batas ledakan lower explosive limit (LEL) sebesar 0%, hidrogen sulfida H2S 0%. Tinggi semburan 4 meter, Frekuensi semburan 18x semburan per menit, suara gemuruh: 76.1 db, material disemburkan: lumpur dan air dan suhu ambient: 27 Celsius.
"Meski begitu saya sangat menyarankan agar pengukuran ini dilakukan dengan metode Gas Sample Chamber (GSC). Metode yang mengukur langsung gas dari semburan tersebut supaya mendapatkan hasil yang akurat. Sebab jika diukur dengan jarak tertentu, maka masih harus mempertimbangkan kontaminan atau pengganggu yang ikut tercampur, sehingga akurasi dari pengukuran bisa berkurang," tutupnya.