Sleman, Gatra.com - Sebanyak 139 orang pengungsi ancaman erupsi Gunung Merapi di Barak Purwobinangun Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, dipulangkan pada Selasa (9/2). Keputusan ini diambil karena tempat tinggal mereka di Padukuhan Turgo, Purwobinangun, di luar area bahaya.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman Joko Supriyanto mengatakan pengungsi sudah diajak berkomunikasi soal kepulangan mereka. "Tadi sudah komunikasi. Besok akan kami antarkan pulang," kata Joko saat dihubungi Gatra.com, Senin (8/2).
Joko mengatakan rekomendasi dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta menyatakan, area bahaya erupsi Merapi berada di jarak 5 kilometer dari puncak.
Adapun Padukuhan Turgo sejauh 6,5 kilometer dari puncak Merapi. "Sesuai dengan rekomendasi BPPTKG, permukiman di daerah Turgo masih aman di luar area ancaman," katanya.
Joko mengatakan warga tetap harus waspada terkait aktivitas vulkanik Merapi. Selain warga di barat daya puncak Merapi, penduduk di sisi tenggara, yakni kawasan Sungai Gendol, juga harus siaga.
Apalagi kubah lava baru telah muncul di tengah kawah sehingga berpengaruh terhadap arah ancaman erupsi. "Tetap waspada, kalau nanti ada perkembangan baru akan kami beritahu," ucapnya.
Menurut Joko, potensi banjir lahar dingin di sungai yang berhulu di Merapi belum terlalu besar. Hal ini karena endapan material masih sedikit, yakni sekitar 262 ribu meter kubik di hulu Sungai Boyong dan Krasak.
"Jumlah material endapan itu masih sedikit. Kalau jumlahnya jutaan meter kubik baru ada potensi ancaman," katanya.
Kepala BPPTKG Hanik Humaida mengatakan pada Senin (8/2) telah terjadi delapan kali guguran lava pijar di Merapi. Jarak luncurnya maksimal 1.000 meter ke arah barat daya atau hulu Kali Krasak dan Boyong.
"Masyarakat agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya dan mewaspadai bahaya banjir lahar terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi," katanya.