Semarang, Gatra.com - Banjir besar yang merendam sejumlah titik di Kota Semarang karena daya tampung drainase tidak mampu menampung debit air, sehingga meluap ke pemukiman penduduk.
Hal itu disampaiakn Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi di Balaikota usai melakukan pemantauan di sejumlah titik banjir, Minggu (7/2). Hendi menyebut, hujan yang terjadi di Kota Semarang dan sekitarnya tergolong ekstrem dan merupakan siklus 50 tahunan. Dengan kondisi drainase yang tidak mencukupi maka, dibutuhkan waktu agar banjir sepenuhnya surut.
Hujan yang dimulai pada hari Jumat, mulai sekitar jam 12 malam sampai jam 08.00 pagi, lalu berhenti, kemudian hujan lagi sampai jam 13 siang, yang menurut BMKG kategorinya adalah hujan ekstrem di 3 kecamatan, kemudian 11 kecamatan kategorinya hujan sangat lebat, dan 2 kecamatan lainnya hujan lebat.
Akibat cuaca ekstrem tersebut terdapat 27 titik tanah longsor dan 29 titik banjir, dengan 2 korban meninggal dunia karena longsor, dan 2 karena tersengat aliran listrik. "Dari hasil pemantauan banjir sudah mulai surut. Sudah tidak seperti kemarin," kata Hendi, saat memberi keterangan pers di Balaikota Semarang, Minggu (7/2).
Ia menjelaskan, pemaksimalan pompa penyedot air yang ada pada sistem drainase di Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah menjadi salah satu cara yang dilakukan.
Dengan memaksimalkan pompa penyedot, sejumlah wilayah yang sebelumnya tergenang saat ini sudah surut. Hendi mencatat, pada hari Minggu ini, wilayah yang masih tergenang air hanya Kecamatan Genuk, Pedurungan, juga daerah Purianjasmoro, di Semarang Barat. "Fokus kami saat ini terus menyalakan pompa - pompa, dan semoga satu dua hari tidak terjadi lagi hujan ekstrem di Kota Semarang," paparnya.
Sementara itu, untuk warga yang sebelumnya mengungsi sebagian besar juga sudah kembali ke rumah masing-masing, khususnya bagi mereka yang wilayahnya sudah surut. Misalnya kata Hendi, di Semarang Barat sudah tidak ada yang mengungsi. Lalu di Trimulyo, Genuk ada yang mengungsi pada satu dua mushola, tapi jumlahnya juga tidak banyak, satu mushola hanya 10 sampai 20 KK. Kemudian di Tlogosari Kulon, Pedurungan juga tadi malam bahkan sudah ada yang bersiap untuk pulang.
"Jika ada yang mengungsi karena kemarin banjir tinggi itu karena ada permintaan masyarakat untuk dievakuasi keluar, yang setelah itu mereka tinggal di rumah saudaranya, penginapan, atau hotel," ucapnya.
Dengan banjir yang melanda wilayahnya, Hendi langsung melakukan sejumlah evaluasi. Diantaranya adalah kapasitas pompa harus ditingkatkan, agar dapat mengeringkan lebih cepat.
Kemudian, memprioritaskan penambahan daya tampung saluran. Dan percepatan normalisasi, termasuk pembangunan tanggul laut dari pemerintah pusat, melalui Kementerian PUPR.