Jakarta, Gatra.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Perdana Menteri (PM) Malaysia, Tan Sri Muhyiddin Yassin, membahas sejumlah hal terkait hubungan bilateral kedua negara, di antaranya soal isu perlindungan Warga Negara Indonesia (WNI) dan diskriminsi sawit oleh sejumlah negara.
Jokowi membicarakan kedua hal tersebut di Istana Negara, Jakarta, Jumat (5/2), saat merima kunjungan resmi Muhyuddin ke Indonesia. Jokowi menyampaikan, kunjungan ini merupakan suatu kehormatan bagi Indonesia.
"Indonesia dan Malaysia adalah negara tetangga dekat dan serumpun. Malaysia juga merupakan salah satu mitra penting Indonesia di bidang perdagangan, di bidang investasi, di bidang pariwisata, dan sosial budaya. Kita akan terus memperkuat hubungan baik antarkedua negara melalui komunikasi yang kuat pada semua tingkat," ujarnya.
Presiden Jokowi menyampaikan bahwa pertemuan dengan PM Muhyiddin Yassin berlangsung dengan baik, terbuka, dan komprehensif. Kedua pemimpin membahas sejumlah hal terkait isu bilateral, seperti perlindungan WNI di Malaysia, hingga isu kawasan.
"Saya menyampaikan apresiasi, penghargaan atas kerja sama perlindungan WNI di Malaysia, terutama selama pandemi dan saya kembali menitipkan WNI di Malaysia kepada pemerintah Malaysia," ungkapnya.
Terkait perlindungan pekerja migran Indonesia, Presiden Jokowi menekankan pentingnya penyelesaian pembuatan nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) baru mengenai penempatan dan perlindungan pekerja domestik Indonesia di Malaysia.
"Selain itu, dua negara juga perlu membangun one channel system agar masalah penempatan tenaga kerja dapat dilakukan secara lebih baik untuk mencegah terjadinya para pekerja menjadi korban perdagangan manusia," katanya.
Kedua, Presiden Jokowi dan PM Muhyiddin Yassin membahas mengenai isu sawit. Presiden Jokowi menegaskan bahwa Indonesia akan terus berjuang untuk melawan diskriminasi terhadap sawit dan perjuangan tersebut akan lebih optimal jika dilakukan bersama.
"Indonesia mengharapkan komitmen yang sama dengan Malaysia mengenai isu sawit ini," ujarnya.
Senada dengan Presiden Jokowi, PM Muhyiddin Yassin juga mengungkapkan kekhawatirannya terkait kampanye antisawit, terutama yang terjadi di Eropa, Australia, dan Oseania. Menurutnya, kampanye tersebut tidak berasas dan bertentangan dengan komitmen Uni Eropa dan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) mengenai perdagangan bebas.
"Kampanye antisawit ini tidak berdasar dan tidak mencerminkan keberlanjutan industri sawit dunia dan bertentangan dengan komitmen UE dan WTO tentang praktik perdagangan bebas," ujar PM Muhyiddin.
Kunjungan resmi PM Malaysia Tan Sri Muhyiddin Yassin ke Indonesia ini merupakan kali pertama sejak ia dilantik pada 1 Maret 2020 lalu.
PM Muhyiddin Yassin dan rombongan terbatas disambut arak-arakan pasukan berkuda dan korps musik dari Paspampres di kawasan Monumen Nasional sebelum tiba di Istana Merdeka sekitar pukul 10.38 WIB dan langsung disambut oleh Presiden Jokowi.
Prosesi penyambutan kemudian dilanjutkan dengan upacara penyambutan resmi, lagu kebangsaan kedua negara diperdengarkan dengan diiringi dentuman meriam sebanyak 19 kali.
Setelah dentuman meriam selesai, kedua pemimpin kemudian melakukan inspeksi pasukan kehormatan. Sejumlah penyesuaian dalam upacara penyambutan juga dilakukan karena situasi pandemi Covid-19, antara lain jumlah pasukan kehormatan yang terbatas dan pengaturan jarak yang lebih renggang.
Turut hadir dalam upacara penyambutan resmi PM Malaysia antara lain, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian, dan Duta Besar Republik Indonesia untuk Malaysia Hermono.
Kedua pemimpin selanjutnya memperkenalkan delegasi dari masing-masing negara yang turut hadir mengikuti upacara. Presiden Jokowi kemudian mengajak PM Muhyiddin Yassin untuk menandatangani buku tamu kenegaraan dan berfoto bersama di Ruang Kredensial, Istana Merdeka.
Setelah itu, Presiden Jokowi dan PM Muhyiddin Yassin melakukan perbincangan di veranda Istana Merdeka. Kedua pemimpin kemudian kembali ke Ruang Kredensial untuk melakukan pernyataan pers bersama.
Dalam kunjungan kali ini, Presiden Jokowi dan PM Muhyiddin Yassin juga menunaikan salat Jumat berjemaah di Masjid Baiturrahim, Istana Merdeka Jakarta. Bertindak selaku khatib adalah Imam Besar Masjid Istiqlal Prof. Nasaruddin Umar dan selaku imam adalah Dr. Muhammad Ramli.
Rangkaian penyambutan resmi ini diakhiri dengan jamuan santap siang di Istana Negara, Jakarta. PM Muhyiddin Yassin langsung kembali ke Malaysia pada sore harinya.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam keterangannya mengatakan bahwa Indonesia dan Malaysia merupakan dua negara yang bertetangga sangat dekat. Dalam substansi hubungan bilateral pun Indonesia dan Malaysia berhubungan sangat baik di bidang ekonomi dan juga bekerja sama di bidang sosial budaya.
"[Hari ini] pada saat melakukan pertemuan bilateral tentunya kedua pemimpin akan membahas isu yang terkait bilateral. Terutama bagi Indonesia yang menjadi penting sekali adalah isu perlindungan warga negara Indonesia (WNI) yang tinggal dan bekerja di Malaysia. Sementara itu, kedua pemimpin juga akan membahas beberapa isu kawasan dan isu global," ujar Menlu di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (4/2).