Home Ekonomi Budidaya Tumbuhan Aquascape Peluang Raup Keuntungan

Budidaya Tumbuhan Aquascape Peluang Raup Keuntungan

Pati, Gatra.com - Ahmad Safiul Ulum terlihat menata tanaman hias di dalam akuarium. Matanya jeli memotong setiap rizom untuk kemudian dituntaskan pada substrat sebagai media tanam.

Di tengah proses menata tanaman hias, pria yang kerap disapa Ulum ini mengatakan, salah satu musuh scaper yakni algae. Jenis lumut ini biasanya muncul ketika faktor pencahayaan dan temperatur air kurang pas. Solusinya adalah menyesuaikan pencahayaan, disamping diberikan pembasmi alga.

Kepiawaian Ulum dalam dunia aquascape bukan terjadi begitu saja. Ia harus menelan pil pahit akibat Covid-19. Profesinya sebagai seniman sekaligus guru musik tidak lagi bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tabungannya pun terkuras habis.

Sejak tahun 2019, pria berusia 26 tahun ini memang menekuni pekerjaan baru sebagai pembudidaya tumbuhan untuk keperluan aquascape.

Dengan tekad bulat ia mencoba mengembangkan dirinya dengan ikut pelatihan menata akuarium atau aquascape. Ulum menimba ilmu dengan master aquascape di wilayah Kudus Jawa Tengah.

Tiap hari Ulum mencoba bereksperimen dengan tumbuhan air, trial and error kerap ditemukan dan menjadi hal yang wajar. Hingga akhirnya ia memantabkan diri untuk merenovasi lantai dua rumahnya dan menjadikan sebagai lokasi budidaya tumbuhan air.

“Dari tahun 2014 hingga adanya pandemi, saya berprofesi sebagai guru musik di tiga sekolah di Kabupaten Kudus. Namun sejak pandemi, sekolah meliburkan saya. Job musik pun sepi,” tutur Ulum warga Desa Ngawen RT 01/RW 02, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati itu, Rabu (3/2).

Ulum memilih bertani tumbuhan air, karena dinilainya, usaha ini cukup menjanjikan. Khususnya di masa pagebluk seperti sekarang. Dimana banyak masyarakat yang mengurangi aktivitas di luar rumah.

“Sangat menjanjikan, memang dalam perawatannya cukup susah kalau tidak dibarengi ketekunan,” imbuh pria yang pernah menjadi juara III Thailand World Music Championship tahun 2016 itu.

Ulum menjelaskan pasar tumbuhan aquascape tidak hanya didominasi pasar domestik saja. Namun memiliki prospek bagus bagi scaper atau penghobi aquascape di luar negeri. Untuk sementara ini, ia memasarkan tumbuhan air dengan memanfaatkan media sosial (medsos) dan toko online.

“Pemasarannya cukup gampang. Seluruh Indonesia untuk jualnya. Kita jualnya secara online,” jelas pria yang pernah membawa UMS Surakarta menduduki peringkat empat di Grandprix Marchingband (GPMB) Jakarta 2019 itu.

Ulum mematok harga tumbuhan hasil budidayanya dengan harga bervariasi tergantung dari jenis, ukuran, dan langkanya tumbuhan tersebut. Dari yang paling murah, ia menjual seharga Rp15.000 per pot yang berisi lebih dari satu batang. Hingga yang paling mahal Rp150.000 per batang (rizom).

“Hampir semua jenis tumbuhan air kita kembangkan di farm. Dimulai dari aneka moss, jenis-jensi anubias, buchepalandra, dan bermacam tanaman stemplant,” terangnya.

Bekal yang paling utama untuk menjadi petani tumbuhan air, lanjut Ulum, yakni keuletan, diimbangi dengan pengetahun dasar tentang karakter setiap tumbuhan. Tanaman koleksi milik Ulum tidak hanya berasal dari Indonesia tetapi juga dari negara luar yang memiliki iklim berbeda.

“Kita dituntut tahu, jenis tumbuhan serta karakternya, daya lampu untuk pencahayaan sebagai ganti sinar matahari. Kemudian inject CO2, cuaca, soil, pupuk, hardscape dan tentunya kualitas dan PH air,” paparnya.

2506