Sragen, Gatra.com- Gerakan Jateng di Rumah Saja yang dilontarkan Gubernur Ganjar Pranowo menuai beragam reaksi, satu diantaranya dari Kabupaten Sragen. Bupati Sragen Untung Yuni Sukowati berharap dampaknya signifikan, tak hanya menurunkan penularan Covid-19 namun juga menjaga ekonomi tak kian merosot. Dampak lain juga harus dipertimbangkan seperti ancaman gagalnya program KB.
"Kalau kita di sini di rumah dua hari, saya hanya khawatir banyak yang hamil itu aja. Khawatir tingkat kehamilan langsung tinggi kalau di rumah, itu aja," paparnya sambil berkelakar di hadapan pewarta, Selasa (2/2).
Kelakarnya bukan tanpa dasar. Pemerintah perlu memperhatikan efek kegagalan KB akibat gerakan Jateng di Rumah saja. Hal itu meningkatkan potensi kehamilan pasangan usia subur. Bonus demografi di masa mendatang jangan sampai dibarengi masalah baru tentang pendidikan, pangan, kesempatan kerja dan sebagainya.
Lebih lanjut dikatakan Yuni, sapaan akrabnya, Jateng di Rumah Saja yang diketahuinya sebatas masyarakat tak melakukan mobilitas selama dua hari di akhir pekan. Hal itu mungkin efektif dirasakan daerah yang mengisolasi diri. Namun, antardaerah saling terkoneksi dan mustahil menutup diri. Sehingga diperlukan kesepahaman bersama menjalankan gerakan Jateng di Rumah Saja.
"Bagaimana formulasinya, bagaimana implementasi di lapangan, serta ada punishment atau tidak. Jateng harus kompak. Selama dua kali PPKM ini, daerah satu dengan lain masih beda regulasi," katanya.
Di Sragen sendiri, ia meyakini masyarakat patuh kebijakan pemerintah. "Apakah nanti akan ada program Jateng berdiam diri dua hari di rumah itu berhasil atau tidak, saya kira konsisten dan komitmen kita saja untuk menegakkan," tandasnya.
Sebelumnya, Gubernur Ganjar Pranowo melempar rencana gerakan Jateng di Rumah Saja selama satu hingga dua hari. Menurut Ganjar, hal itu layak dicoba mengingat peningkatan kasus terkonfirmasi Covid-19 terus mengalami peningkatan meskipun beberapa kebijakan telah ditempuh.