Home Kesehatan Memutus Mata Rantai Anemia Lintas Generasi

Memutus Mata Rantai Anemia Lintas Generasi

Jakarta, Gatra.com Spesialis Gizi Klinik dari Indonesian Nutrition Association (INA), Dr. dr. Diana Sunardi, M.Gizi.,Sp.GK, mengatakan, perlu upaya bersama untuk memutus mata rantai anemia atau Anemia Defisiensi zat Besi (ADB) pada lintas generasi.

Diana dalam webinar bertajuk "Peran Nutrisi dalam Tantangan Lintas Generasi" pada Senin (1/2), menyampaikan, perlu memutus rantai anemia karena seseorang yang yang kekurangan zat gizi mikro seperti anemia atau ADB berisiko melahirkan bayi berat badan rendah (BBLR), stunting, komplikasi saat melahirkan, dan risiko lainnya.

"Kondisi ADB sendiri dapat terjadi lintas generasi dan dapat diturunkan sejak remaja, ibu hamil, anak, dan seterusnya," kata dia.

Diana menjelaskan, pada kasus balita dan anak, ADB bermula dari kurangnya zat gizi mikro pada 1.000 HPK. Ini berdampak pada terganggunya tumbuh kembang, penurunan aktivitas fisik maupun kreativitas, dan menurunnya daya tahan tubuh anak sehingga meningkatkan risiko infeksi.

Adapun kasus ADP pada tingkat remaja, dapat menurunkan produktivitas dan kemampuan akademis. Kondisi ADB pada kehamilan usia remaja juga rentan terhadap keselamatan dan kesehatan ibu dan bayi.

"Oleh karena itu, urgensi perbaikan gizi masyarakat sebaiknya difokuskan pada 1000 HPK dan usia remaja," kata Diana.

Menurutnya, kondisi ADB yang terjadi pada penderita membawa pengaruh jangka pendek dan panjang bagi tiap-tiap generasi. Jika ditarik benang merah, kondisi ini merupakan ancaman besar, mengingat dampaknya terhadap penurunan kualitas sumber daya manusia di masa depan.

Sementara itu, ujar Diana, negara dituntut untuk dapat menciptakan generasi dengan daya saing global, sehingga terdapat urgensi untuk memutus mata rantai anemia lintas generasi.

Untuk memutus mata rantai anemia ini, Diana menyampaikan, dapat dilakukan melalui pemenuhan nutrisi dan edukasi secara menyeluruh, baik di lingkup individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat.

"Pada anak di atas satu tahun, pencegahan anemia dapat dilakukan dengan memberikan gizi seimbang, termasuk pangan makanan dan minuman yang mengandung zat besi maupun mikronutrien lain yang mendukung penyerapan zat besi, seperti vitamin C," ungkapnya.

Sedangkan pada remaja, bisa dilakukan melalui penanaman pola hidup sehat, yaitu mengonsumsi makanan yang bersih, sehat, dan bergizi seimbang. Selain itu, juga dapat diberikan suplementasi tablet tambah darah (TTD).

"Tablet tambah darah adalah suplemen gizi dengan kandungan zat besi setara dengan 60 mg besi elemental dan 400 mcg asam folat," katanya.

Ia menyebutkan, saat ini Indonesia masih menghadapi tiga beban masalah gizi (triple burden), yaitu stunting, wasting dan obesitas serta kekurangan zat gizi mikro seperti anemia.

Sementara itu, Corporate Communication Director Danone Indonesia, Arif Mujahidin, menyampaikan, pihaknya berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk menghentikan ancaman anemia pada lintas generasi.

"Kami menyediakan inovasi nutrisi yang dapat membantu pemenuhan zat besi serta mendukung penyerapan zat besi pada anak berusia di atas satu tahun," ujarnya.

Adapun upaya untuk menghentikan anemia pada golongan remaja, lanjut Arif, pihaknya menggandeng Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) Institut Pertanian Bogor (IPB) meluncurkan buku panduan Generasi Sehat Indonesia (GESID).

Menurutnya, terdapat 3 modul untuk remaja SMP dan SMA, yaitu Aku Peduli, Aku Sehat, dan Aku Bertanggung Jawab yang membahas mengenai kesehatan reproduksi, peran gizi bagi kesehatan dan kualitas hidup, anemia bagi remaja putri dan wanita usia subur, pencegahan pernikahan dini, serta remaja berkarakter.

"Program ini telah melaksanakan pilot project dengan 20 guru pendamping dan 60 murid SMP dan SMA sebagai Duta GESID 2020," ungkapnya.

Selain program GESID, lanjut Arif, pihaknya juga berkomitmen untuk memperluas edukasi tentang gizi dan kesehatan diwujudkan melalui berbagai program. Selama bertahun-tahun, pihaknya telah mendukung 4 fasilitas pendidikan yang berfokus pada kesehatan dan gizi di Taman Pintar, Yogyakarta.

Melalui program Duta 1000 Pelangi, Danone Indonesia memberikan bantuan kepada karyawan dan masyarakat sekitar tentang masalah gizi dan kesehatan dalam 1000 hari pertama kehidupan dengan menjadikan karyawan sebagai duta kesehatan.

Untuk mengatasi masalah defisiensi mikronutrien, kata Arif, pihaknya gencar melakukan Aksi Cegah Stunting, Gerakan Ayo Minum Air (AMIR), Kampanye Isi Piringku, dan program Warung Anak Sehat yang memberdayakan pengelola kantin sekolah untuk menyediakan pangan sehat bagi siswa.

Selain itu, lanjut Arif, pihaknya juga menggandeng INA dalam memanfaatkan momen Hari Gizi Nasional untuk memperluas upaya promotif preventif mengatasi anemia lintas generasi melalui serangkaian acara untuk umum, di antaranya webinar hingga kompetisi menulis dan lomba fotografi untuk berbagai kategori peserta.

"Kami percaya bahwa semakin banyak pihak yang terlibat, semakin cepat kita dapat mewujudkan cita-cita pembangunan kesehatan," katanya.

560