Magelang, Gatra.com - Sebanyak 265 pengungsi Merapi kembali pulang ke rumah, meski akhir pekan lalu sempat diberi pengertian oleh Wakil Gubernur Taj Yasin Maimoen, agar tetap tinggal di Ttempat evakuasi akhir (TEA). Dari TEA Banyurojo, Kecamatan Mungkid, mereka menuju kampung halamannya di Dusun Babadan I, Desa Paten, Kecamatan Dukun.
Para pengungsi mengaku jenuh karena telah berada di TEA sejak bulan November 2020, pulang dengan diangkut sejumlah armada, seperti ambulans, mobil pribadi, mobil operasional pemadam kebakaran, dan Satpol PP. Mayoritas pengungsi terdiri atas kaum rentan, yakni manula, difabel, ibu hamil, ibu menyusui, anak-anak, dan balita.
Koordinator Pengungsi Babadan I Sudasri mengatakan, meski pulang namun mereka tetap diminta untuk tidak lengah dan harus waspada setiap saat. Apabila ada perubahan perilaku Merapi menuju bahaya maka harus siap.
"Meski pulang dari pengungsian tapi warga kami minta waspada seandainya ada aba-aba bahaya Merapi. Kami harus segera turun, tidak usah menunggu instruksi dari BPBD ketika melihat Merapi bahaya, kami harus segera turun ke Banyurojo," katanya, Senin (1/2).
Kendati berada di rumah, namun tampaknya warga masih khawatir jika terjadi letusan eksplosif yang bisa menyemburkan awan panas, lontaran material vulkanik. Dusun Babadan hanya berjarak 5 kilometer dari puncak. Namun jika letusan bersifat efosif dianggap tidak terlalu berbahaya.
"Kampung kami berada 5 kilometer dari puncak Merapi, sedangkan ancaman sekarang kalau eksplosif hanya radius 3 kilometer dari puncak sehingga kami merasa lebih aman dan kami menyatakan pulang sementara. Seandainya ada apa-apa dengan Merapi kami harus menjauh dan ke Banyurojo lagi," katanya.
Para pengungsi ini sudah mulai berada di TEA sejak tanggal 6 November 2020, tapi sempat pulang pada 15 Desember 2020 dan kembali mengungsi pada 5 Januari 2021. Pada hari ini Senin (1/2) mereka kembali pulang ke kampung halamannya di ketinggian Gunung Merapi.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Magelang, Pranowo mengatakan, sebelumnya pengungsi minta pulang secara mandiri. Pihak BPBD pun mempersilakan, dengan catatan sewaktu-waktu ada keaspadaan maka mereka diminta segera kembali ke pengungsian.
"Untuk wilayah Kabupaten Magelang, pengungsi di Banyurojo merupakan pengungsi terakhir yang pulang. Sedangkan pengungsi di beberapa titik lain sudah pulang sebelumnya. Namun kami tetap ada posko siaga di Pendapa Kabupaten, termasuk barak tetap dijaga oleh masing-masing desa, jadi sewaktu-waktu ada pengungsi, maka sudah kami siap," katanya.
Kepala Desa Banyurojo, Kecamatan Mertoyuydan, Ikhsan Maksum mengatakan, terkait kepulangan pengungsi ini sudah melalui kesepakatan. Sebelumnya sudah digelar rapat antara Pemdes Banyurojo, Pemdes Paten, perwakilan pengungsi, dengan disaksikan oleh BPBD Kabupaten Magelang.
"Memang ada kesepakatan untuk pulang. Karena dilihat ancaman Merapi lebih ke arah barat daya bukan barat laut. Jadi dianggap aman meski sifatnya hanya pulang untuk sementara," katanya.