Paris, Gatra.com- Kecelakaan tahun 2019 yang melibatkan dua helikopter pertahanan Prancis di Mali yang dilanda konflik yang menewaskan 13 tentara itu karena miskomunikasi selama operasi militer, sebuah laporan resmi yang diterbitkan pada Sabtu mengatakan. AFP, 30/01.
Kecelakaan malam terjadi pada November 2019 ketika dua helikopter terbang di ketinggian rendah, sedang memperkuat pasukan darat yang mengejar pemberontak di dekat perbatasan Burkina Faso dan Niger.
Sebuah helikopter serang Tiger bertabrakan dengan helikopter angkut militer Cougar saat melawan pemberontak yang melarikan diri dengan sepeda motor dan truk pick-up.
"Para kru tidak mendeteksi keberadaan helikopter lain. Pembacaan mereka terhadap situasi itu salah," kata laporan sayap militer Biro Penyelidikan dan Analisis Penerbangan Negara (BAE-E).
Dikatakan bahwa penyebab kecelakaan "secara eksklusif bersifat organisasional dan manusiawi", memilih "prioritas yang salah antara tujuan operasional misi di satu sisi dan tindakan keamanan ... di sisi lain."
Helikopter itu datang dari dua pangkalan berbeda di kota Gao dan Menaka dan para pilot serta awaknya tidak menerima pengarahan keamanan bersama.
Dikatakan tim menderita stres dan pesan mereka satu sama lain tidak tepat. "Pesan radio antara helikopter beberapa menit sebelum kecelakaan mengungkapkan komunikasi keamanan yang tidak teratur dan cacat," tambahnya.
Mali telah berjuang untuk memadamkan pemberontakan jihadis yang pertama kali muncul pada tahun 2012, sebelum menyebar ke pusat negara dan tetangganya, Burkina Faso dan Niger.
Prancis melakukan intervensi di bekas koloninya untuk memukul mundur para jihadis pada 2013, dan sekarang memiliki sekitar 5.100 tentara yang dikerahkan di wilayah semi-gersang Sahel.
Kecelakaan itu merupakan salah satu kerugian terbesar bagi tentara Prancis sejak pemboman tahun 1983 di Beirut yang menewaskan 58 tentara. Sembilan belas tentara Prancis tewas dalam kecelakaan tahun 1986 di Djibouti.