Majene, Gatra.com - Virus Covid-19 masih ada dan nyata terjadi. Tapi fakta itu tak terlihat di antara korban gempa Mamuju maupun Majene, Sulawesi Barat (Sulbar). Padahal data dari aplikasi Peduli Lindungi menunjukkan daerah ini adalah Zona Merah.
Warga berkerumun di mana-mana. Di tenda-tenda darurat mereka tak nampak memakai masker. Sarana mencuci tangan pun tak tersedia.
Prihatin, tim kesehatan dari Aksi Cepat Tanggap (ACT) turun tangan. Di Majene, tim berkeliling tiap hari menyambangi dua lokasi per hari. Setiap pasien yang datang berkunjung lantas diberikan masker untuk dipakai.
"Warga abai dengan masker. Kita sudah berikan. Tapi setelah pergi lalu maskernya dilepas. Alasan mereka repot pakai masker," keluh relawan dokter ACT, Wahyu Saputra kepada Gatra.com di Desa Bambangan, Kecamatan Malunda, Kabupaten Majene, Sulbar, Sabtu (30/1).
Dua relawan ACT lain yang sejatinya bertugas untuk melakukan trauma healing pun kebagian tugas tambahan untuk mengedukasi bahaya virus Corona dan cara pencegahannya. Siswanto dan Nirwana terutama menekankan pentingnya jaga jarak dan memakai masker.
Sehari-hari, keduanya bertugas sebagai perawat di rumah sakit. Sejak empat hari terakhir, mereka sudah keliling ke enam desa untuk melaksanakan kegiatan psikososial.
Mereka mengajarkan lagu waspada gempa kepada bocah-bocah yang ada. Selain itu, mereka juga diedukasi cara mencuci tangan yang bersih.
"Kegiatan ini dibuat dengan games supaya anak senang," ujar Siswanto. "Biar mereka sejenak bisa lupa trauma akibat gempa," imbuh Nirwana.
Orang dewasa tak ketinggalan pula diajar ilmu penting. Di wilayah itu diketahui warga masih kerap buang air besar sembarangan. Maka mereka diedukasi agar alih-alih menggali tanah, gunakan WC umum saja.
Awalnya, keduanya hendak ditempatkan melayani korban gempa di Mamuju. Tapi menurut keterangan Dinas Kesehatan Mamuju, 30 titik pengungsian sudah terlayani dengan baik. Maka ACT memutuskan untuk memfokuskan tim layanan kesehatan di Majene.