Magelang, Gatra.com - Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen (Gus Yasin), mengunjungi lokasi evakuasi akhir (TEA) Merapi di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Wagub memastikan kondisi pengungsi aman dan tercukupi segala kebutuhan dasarnya. Selain itu, memberikan pengertian kepada warga untuk tetap bersabar di TEA karena kondisi Merapi masih fluktuatif.
Gus Yasin juga menyempatkan diri mengajak dialog beberapa pengungsi, di mana mereka memberi tahu keinginan untuk pulang ke kampung halamannya di Dusun Babadan 1, Desa Paten, Kecamatan Dukun. Namun karena Dusun Babadan masuk kawasan rawan bencana (KRB) III atau hanya berjarak 5 kilometer dari puncak, maka pengungsi diminta untuk bersabar.
Tarini (70), warga Dusun Babadan 1, Desa Paten, Kecamatan Dukun, kepada Taj Yasin mengaku bosan dan ingin pulang. Namun bila nanti keadaan Merapi mengkhawatirkan mereka siap untuk kembali mengungsi.
"Ajeng wangsul, ting mriki bosen, pun aman kok pak (mau pulang, di sini bosan, (Merapi) sudah aman kok pak,"kata Parini, kepada Taj Yasin, Jumat (29/1).
Meski nenek sepuh ini mengucapkan terimakasih telah diperhatikan oleh pemerintah. Di TEA mereka disuruh makan, dan tidur saja kendati merasa kejenuhan.
Taj Yasin pun menimpali permintaan warganya dengan santai, dan mengatakan pasti akan dipulangkan. Hanya saja musti menunggu keadaan aman terlebih dahulu.
"Nggih mangkih dibalekna, tapi nunggu aman riyin, (ya nanti dipulangkan, tapi menunggu aman dulu)," jawabnya.
Wakil Gubernur menuturkan, kondisi secara umum di tempat pengungsian sudah cukup baik termasuk kondisi dapurnya. Menanggapi permintaan warga untuk pulang, ia berharap untuk sabar dulu sesuai arahan BPBD dan tim siaga bencana, sebab pemerintah tidak ingin ada korban jiwa jika Merapi erupsi besar.
"Saat ini masih siaga. Kemarin ada semburan awan panas, yang paling sulit sekarang itu arah angin. Arah anginnya mau kemana ini. Sehingga di radius 1-3 kilometer kita harap mereka diungsikan dulu, karena kita tidak tahu arah anginnya, barat atau timur. Kami tidak mau lagi terjadi seperti di 2006-2010 mereka kejar-kejaran dengan awan panas, jadi lebih baik di sini dulu," katanya.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang, Edy Susanto menuturkan, sampai hari ini jumlah pengungsi Merapi total ada 339 jiwa yang berada di dua titik pengungsian. Mereka berasal dari Dusun Babadan, Desa Paten, Kecamatan Dukun.
"Mereka berasal dari Dusun Babadan I, Desa Paten sebanyak 265 jiwa saat ini mengungsi di TEA Banyurojo, Kecamatan Mertoyudan. Lalu dari Dusun Babadan II, Desa Paten sebanyak 74 jiwa di TEA Desa Mertoyudan, Kecamatan Mertoyudan," katanya.
Terkait keinginan warga untuk pulang, Edy mengungkapkan kehkawatirannya karena kondisi Merapi berubah-ubah. Terlebih para pengungsi ini berasal dari kelompok rentan. Pihaknya memastikan apa yang diinginkan oleh warga akan dilayani, selama ini dilakukan dua pendekatan, yakni ilmiah dan kearifan lokal.
"Apa yang mereka inginkan kami layani, kalau mereka pulang akan kita bekali dengan pemahaman data Merapi, pembekalan tentang upaya apa yang harus dilakukan ketika Merapi ternyata ada perubahan lagi. Kubah lava itu di tebing, tidak di kawah itu sebabnya tidak tahan lama begitu lava pijar keluar langsung rontok sehingga ada luncuran termasuk ada awan panas," katanya.