Jakarta, Gatra.com - Tidak adanya wakil perempuan dalam Lembaga Ombudsman Republik Indonesia (ORI) menuai kritikan. Maju Perempuan Indonesia (MPI) sebagai sebuah gerakan pemenuhan, pemajuan dan perlindungan hak-hak perempuan di bidang politik prihatin dengan kondisi tersebut.
"Absennya keterwakilan perempuan dalam ORI dapat berakibat pada terabaikannya kepentingan dan kebutuhan perempuan terhadap layanan publik. Kami prihatin atas absennya keterwakilan perempuan dalam Lembaga ORI," kata Lena, melalui keterangan tertulisnya, Jumat (29/1).
Lena juga mengkritisi sistem rekrutmen jabatan publik, sejak pesanan tim seleksi, tahapan seleksi hingga uji kelayakan dan kepatutan sampai saat ini belum secara meyakinkan menjamin keterwakilan perempuan. Absennya keterwakilan perempuan dalam ORI menjadi pelajaran yang mahal bagi gerakan perempuan.
"Karena menghambat upaya untuk mewujudkan Kesetaraan dan Keadilan Gender serta Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals-SDGs)," jelasnya.
MPI meminta agar Presiden menerbitkan peraturan untuk memastikan keterwakilan perempuan dalam semua sistem rekruitmen jabatan publik, termasuk dan tidak terbatas pada keterwakilan perempuan dalam panitia seleksi, dan keterwakilan perempuan di setiap tahap seleksi.
"DPR menerbitkan aturan internal untuk menjamin keterwakilan perempuan dalam setiap hasil uji kelayakan dan kepatutan (Fit and Proper Test)," tegasnya.
Sebelumnya, Komisi II DPRRI telah mengumumkan hasil uji kelayakan dan kepatutan (Fit and Proper Test) terhadap 18 calon anggota Ombudsman Republik Indonesia untuk periode 2021 -2026, Kamis 28 Januari 2021. Dari 18 calon tersebut, hanya ada satu orang perempuan (Hani Hasjim) dan selebihnya laki-laki.
Pemantauan MPI menunjukkan bahwa hasil uji kelayakan dan kepatutan, terpilih 9 anggota ORI Periode 2021-2026 yang totalnya adalah laki-laki, yaitu: Mokh Najih (Ketua), Bobby Hamzar Rafinus ( Wakil Ketua) serta tujuh orang anggota yaitu: Dadan Suparjo Suharmawijaya, Hery Susanto, Indraza Marzuki Rais; Jemsly Hutabarat, Johanes Widijantoro, Robertus Na Endi Jaweng dan Yeka Hendra Fatika.