Jakarta, Gatra.com - Juru Kampanye Urban GreenPeace Indonesia, Muharram Atta Rasyadi, menilai bahwa narasi pariwara penggunaan plastik jenis Polyethylene Terephthalat (PET) sekali pakai ramah lingkungan dan bisa didaur ulang bisa membuat masyarakat permisif menggunakan plastik sekali pakai.
"Kita lagi ramai banyak sekali iklan-iklan narasi daur ulang plastik, plastik ramah lingkungan. Jadinya seakan-akan memberikan ketenangn kepada masyarakat bahwa seolah-olah ga apa-apa pakai plastik nanti bisa didaur ulang dan sebagainya," katanya.
Atta dalam disksi virtual bertajuk "Tantangan dan Tentangan Sampah Plastik" pada Kamis (28/1), lebih jauh menyampaikan, produsen-produsen yang menyampaikan klaim tersebut harus berani membuka data tentang program-progamnya mendaur ulang sampah plastik yang dihasilkannya.
"Berani enggak produsen-produsen ini mengunggah juga program-program mereka sudah sejauh apa, karena ada beban tanggung jawab yang harus dilakukan merek [perusahaan]," ujarnya.
Atta menyampaikan, pihaknya meminta agar perusahaan membuka datanya tentang berapa jumlah kemasan plastik, botol, atau lainnya yang dihasilkan, termasuk sampah plastiknya.
"Kapasitas mereka untuk mengolah itu berapa, jangan-jangan kurang dari 10 bahkan 5%. Ini akhirnya narasi daur ulang mislead," ujarnya.
Menurut Atta, daur ulang ini seakan menjadi senjata ampuh atas sampah plastik. "Cuman yang mau kita sampaikan, recycling itu sebenarnya tidak cukup, is not enaugh."
Ia juga menyayangkan penggunaan plastik sekali pakai (single use). Pasalnya, ini akan menambah sampah plastik yang volumenya terus naik signifikan dari tahun ke tahun.
"Selama 15 tahun saja data produksinya sudah mengalahkan data produksi 50 tahun sebelumnya. Apalagi tadi komposisi sampah plastik kita yang masuk ke TPA meningkat terus. Secara global itu hanya sekitar 9% plastik yang terdaur ulang," ujarnya.
Menurutnya, ketika daur ulang ini seolah menjadi jalan utama, masalah sampah plastik tidak akan selesai, karena kapasitas daur ulang meningkat, tetapi produksi plastik naik terus. "Masif akhirnya akan ada gap yang tidak bisa kita tutupi. Harusnya produksi juga dikurangi, daur ulang ditingkatkan," ucapnya.
Senada dengan Atta, Asisten Deputi Pengelolaan Sampah dan Limbah Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kemenko Kemaritiman dan Investasi (Kemenkomarves), Rofi Alhanif, berharap masyarakat atau industri agar tidak menggunakan plastik sekali pakai.
"Untuk tingkatkan daur ulang sampah, katanya saat ini hanya 10% saja sampah plastik yang didaur ulang, harapannya di 2040 bisa sampai 40% tingkat daur ulangnya," kata Rofi.
Sementara itu, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), mengklarifikasi pernyataan yang disampaikan produsen kemasan galon sekali pakai yang mengatakan telah mendapat persetujuan dari KLHK. Justru KLHK lebih mendukung keberadaan galon guna ulang yang lebih ramah lingkungan.
Kepala Subdirektorat Barang dan Kemasan KLHK, Ujang Solihin Sidik, dalam dikusi gelaran Forum Jurnalis Online ini menyatakan bahwa pihaknya tidak pernah mengeluarkan pernyataan mendukung penggunaan galon sekali pakai.
“Setahu saya, KLHK tidak mengeluarkan pernyataan resmi maupun dokumen resmi yang menyatakan mendukung galon sekali pakai. Ini perlu diklarifikasi. Coba tanyakan ke pembuat pernyataan itu, apakah ada dokumennya, mana dokumennya, itu saja sih menurut saya,” ujarnya.
Berkali-kali dia menegaskan bahwa di Subdirektorat Barang dan Kemasan KLHK yang memang sehari-harinya mengurusi masalah pengelolaan sampah, belum pernah mengeluarkan pernyataan dukungan terhadap kemasan galon sekali pakai.
“Ya ini memang sempat ramai, sampai hari ini juga masih ramai isunya terkait dengan galon sekali pakai ini. Saya ingin klarifikasi dulu, setahu saya yang kebetulan saya sendiri sehari-hari ngurusi soal itu, kemasan makanan, minuman, itulah pekerjaan saya. Justru yang terakhir kami diskusikan waktu itu, pertama keluar pasti akan ramai,” tuturnya.