Home Kesehatan Tembus Satu Juta COVID-19, Dokter Tolak Pasien, RS Penuh

Tembus Satu Juta COVID-19, Dokter Tolak Pasien, RS Penuh

Jakarta, Gatra.com- Jumlah penderita COVID-19 yang tembus satu juta lebih di Indonesia mendapat sorotan media internasional. Salah satunya Al Jazeera yang mewawancarai Dr Erlina Burhan. Dokter yang memberikan perawatan medis selama lebih dari 30 tahun - tetapi sekarang, untuk pertama kalinya dalam karirnya, dia terpaksa menolak pasien. Al Jazeera, 26/01.

Selama enam bulan terakhir, unit perawatan intensif (ICU) di rumah sakitnya di ibu kota Indonesia, Jakarta, telah beroperasi dengan kapasitas antara 90 hingga 100 persen seiring lonjakan infeksi virus Corona. “Kami menolak pasien setiap hari karena tidak ada yang bisa kami lakukan jika rumah sakit penuh,” kata Burhan, Ketua Tim COVID-19 RS Paru Nasional Persahabatan.

“Bahkan jika pasien dalam kondisi yang sangat buruk dan membutuhkan ICU, jika kami tidak memiliki tempat, kami tidak dapat menerima mereka dan kami harus minta maaf,” katanya.

Kasus COVID-19 yang dikonfirmasi di Indonesia melampaui angka satu juta pada Selasa. Dokter memperingatkan kenyataan di rumah sakit mereka jauh lebih buruk - terutama di pulau Jawa dan Bali.

“Ada beberapa daerah dan kota dengan tingkat hunian tempat tidur 90 persen - dan ada kota dengan okupansi 100 persen. Konsekuensi rumah sakit kewalahan adalah pasien tidak mendapatkan perawatan yang memadai,” kata Hery Trianto, dari satuan tugas COVID-19 kepada Al Jazeera.

Dr. Atok Irawan, dari Rumah Sakit Umum Sidoarjo di Jawa Timur, mengatakan fasilitas tersebut tidak memiliki pilihan selain menggunakan bagian umumnya untuk merawat pasien COVID-19 karena area COVID-19 yang ditunjuk sudah sesuai kapasitas.

“Tadi malam, kami benar-benar kewalahan… hampir semua rumah sakit yang ditugaskan untuk COVID-19 penuh,” katanya. “Kami memiliki banyak pasien non-COVID yang membutuhkan pertolongan juga… karena musim hujan, ada pasien tifus dan diare.”

Di Jakarta Timur, rumah sakit tempat Burhan bertugas telah menambahkan ventilator dan tempat tidur di unit gawat darurat, tetapi tidak memiliki cukup staf untuk memenuhi permintaan tersebut.

"Kami menerima begitu banyak permintaan dan sayangnya, kami harus menolaknya," kata Burhan. “Saya membaca file orang yang dirujuk ke rumah sakit kami. Itu membuatku sangat sedih… Seseorang yang sulit bernapas… tetapi kita tidak dapat membantu mereka.”

Hingga saat ini, Indonesia telah mencatat sekitar 28.500 kematian akibat COVID-19, sementara lebih dari 800.000 orang telah pulih. Sebagai negara kepulauan berpenduduk sekitar 270 juta orang, Indonesia menguji sekitar 40.000 hingga 50.000 orang setiap hari, dengan sekitar 30 persen dari mereka yang dites memberikan hasil positif.

Indonesia negara yang terkena dampak terburuk di Asia Tenggara, tetapi tidak seperti tetangganya, tidak pernah menerapkan kuncian COVID-19 yang ketat.

Sementara itu, banyak pembatasan yang diberlakukan pada awal pandemi telah dipermudah, meskipun terbukti bahwa krisis semakin parah. Pengekangan saat ini mencakup sedikit pengurangan jam buka untuk pusat perbelanjaan dan restoran dan pembatasan masuk bagi kebanyakan orang asing.

Pekan ini, Presiden Joko Widodo memuji penanganan pandemi yang dilakukan negaranya. “Ini telah menyebabkan krisis kesehatan dan ekonomi. Kita bersyukur Indonesia menjadi salah satu negara yang bisa mengendalikan krisis ini dengan baik,” ujarnya dalam sebuah pengarahan.

2110