Sukoharjo, Gatra.com- Pandemi Covid-19 sudah mengubah banyak hal, dari tatanan kehidupan hingga terdampaknya sektor perekonomian. Kondisi ini tidak hanya dirasakan oleh para pekerja yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) saja tapi juga sangat dirasakan oleh para pelaku seni dan wedding organizer.
Para pelaku seni dan wedding organizer yang murni mengandalkan penghasilan dari usaha mereka otomatis sangat terdampak Covid-19. Padahal semenjak virus Corona masuk Indonesia semua kegiatan yang berkerumun tidak diperbolehkan.
Nika Adi Putu Wiryawan salah satu pekerja seni asal Kecamatan Sukoharjo mengungkapkan curahan hatinya setelah muncul pandemi hingga sekarang. Kondisi ini bahkan diperparah dengan adanya pembatasan pemberlakukan kegiatan masyarakat (PPKM) yang diperpanjang hingga bulan Februari 2021 yang juga berdampak pada semua pertunjukan seni mengalami lumpuh total.
"Saya sudah off hampir satu tahun. Dari sebelumnya (PSBB-red) dibandingkan sekarang (PPKM-red) pendapatan merosot lebih dari 100%, satu job pun tidak ada, malah pembatalan job banyak sekali," ungkapnya, Senin (25/1).
Nika Adi sempat menerima satu kali bantuan dari Dinas Pemuda Olahraga Pariwisata dan Kebudayaan. Bantuan tersebut berupa uang yang dicaikan pada bulan September 2020 lalu.
Hal senada juga disampaikan oleh Eri Wahyu Nugroho pengusaha video shooting asal Kelurahan Jetis, Kecamatan Sukoharjo. Ia mengaku menghormati keputusan pemerintah akan kondisi masih Pandemi Covid-19. Namun lantaran tidak ada bantuan, beberapa alat video shooting telah ia jual demi bisa bertahan hidup di tengah Pandemi Covid-19 ini.
"Oktober kita sudah mulai sedikit bekerja sampai Desember ada lumayan pemasukan, tapi ada PSBB (PPKM) ini kembali terpukul," ucapnya.
Menurut mereka aturan PSBB dan PPKM bukan merupakan jalan keluar. Saleh yang berprofesi sebagai fotografer dan Damar yang memiliki usaha wedding orgazier pun menjerit karena harus berhadapan dengan situasi dan konsisi seperti ini. Usaha yang mereka jalani berhenti total.
"Solusinya gimana, PSBB ini bukan solusi bagi kami, solusinya boleh diadakan, tapi sesuai dengan protokol kesehatan, tamu dibatasi, itu saja yang kami mau yang penting kami bisa jalan," imbuh Saleh salah satu fotografer di Sukoharjo.
Ditambahkan Damar selaku wedding organizer, usaha yang dikelolanya mati suri selama pandemi Covid-19. Ia pun meminta kepada Pemerintah Kabupaten Sukoharjo untuk diberi ruang gerak supaya bisa mengadakan event atau membantu melaksanakan acara pernikahan dari klien atau masyarakat.
"Selama Pandemi banyak job yang dibatalkan, bulan ini saja sudah ada delapan. Saya juga meminta kelonggaran kepada pemerintah terkait. Dulu kita sudah menyodorkan layout simulasi wedding ke dinas kesehatan, namun ditolak, dan katanya akan menghubungi lagi tapi sampai sekarang tidak dihubungi," tandasnya.
Mereka berharap pemerintah setempat mengizinkan kembali kegiatan yang menggunakan jasa pelaku seni dan wedding organizer. Meskipun diselenggarakan dengan mematuhi protokol kesehatan.