Jepara, Gatra.com - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mendorong pasien Covid-19 yang sembuh agar mau mendonorkan plasma konvalesen. Namun dalam pelaksanaan upaya donor plasma ini, Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Jepara menemukan sejumlah kendala. Hal ini mengakibatkan belum adanya pasien penyintas covid-19 yang donor plasma.
Hal ini diungkapkan oleh Kepala Unit Donor Darah (UDD) PMI Jepara Agus Salim, Jumat (22/1). Dijelaskan, salah satu kendala pelaksanaan donor plasma yakni belum ketersediaan alat yang disebut apheresis. Alat ini digunakan untuk memisahkan antara darah dengan sel plasmanya.
Agus juga mengaku, kesulitan mencari calon pendonor dari penyintas Covid-19. Penyintas ini harus dinyatakan negatif dari hasil tes swab. Sedangkan saat ini, kategori pasien sembuh bisa didapatkan meski tanpa swab. Artinya, jika masa isolasi mandiri selesai maka secara otomatis pasien dinyatakan sembuh.
"Selain itu biaya untuk donor plasma juga mahal," terangnya.
Disinggung terkait jumlah donor darah reguler, Agus menyebut, di PMI Jepara juga mengalami penurunan cukup signifikan. Sebelum ada pandemi rata-rata jumlah pendonor mencapai 1.500 orang. Jumlah ini akumulasi setiap bulannya.
"Tapi sekarang rata-rata 900-1000 orang saja," imbuh Agus.
Diketahui, donor plasma konvalesen digadang-gadang bisa untuk terapi penyembuhan pasien Covid-19. Di Jawa Tengah hingga Kamis (21/1) kemarin sudah ada 871 orang penyintas Covid-19 yang mendonorkan plasmnaya. Sehingga, upaya ini didorong agar ikut dilaksanakan setiap daerah.