Semarang, Gatra.com - Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Jawa-Bali berdampak pada menurunnya permintaan daging sapi di Kota Semarang hingga 50%. Penurunan ini karena sebagian besar sektore perhotelan, restoran, kafe (horeka) dan juga warung-warung makan dibatasi jam operasionalnya.
Ketua Perkumpulan Pengusaha Daging Sapi (PPDS) Kota Semarang Hery Setiawan mengatakan, saat konsumsi daging sapi hanya sekitar 15 ton perhari. Padahal sebelum pemberlakuan PPKM konsumsi harian mencapai 30 ton.
"Kebutuhan Horeka, dan pasar modern, berkurang, di pasar tradisional, warteg, bakso, juga berkurang karena jam operasional dibatasi. Terjadi penurunan permintaan sekarang dikisaran 15 ton per hari kebutuhan di Kota Semarang," katanya, Kamis (21/1).
Dia menyebutkan, untuk saat ini pasokan daging sapi ke Kota Semarang masih sangat stabil karena stok masih cukup banyak. "Untuk Kota Semarang belum membutuhkan stok tambahan," imbuhnya.
Terkait dengan harga daging sapi, Hery menyebut sampai saat ini masih cukup stabil yakni pada kisaran Rp110 ribu sampai Rp115 ribu per kilogramnya. Harga tersebut kata dia bertahan sejak akhir tahun 2020 lalu.
"Kalau dibandingkan tahun lalu memang ada kenaikan tapi tidak banyak. Tahun lalu per kilo gram daging sapi sekitR Rp100-105 ribu," sambungnya.
Pasokan daging sapi di Kota Semarang sejauh ini masih dipasok dari sentra-sentra peternak lokal seperti, Boyolali, Klaten dan Sukoharjo. Pasokan pun masih cukup stabil.
Masih stabilnya harga daging sapi di Kota Semarang ini berbanding terbalik dengan kondisi harga daging sapi di wilayah Jabodetabek. Dalam beberapa hari terakhir meroket tinggi, hingga membuat para pedagang daging sapi memilih mogok jualan karena kesulitan menjual dagangan mereka.