Home Kesehatan Angka Menyusui ASI selama Pandemi Naik menjadi 89 Persen

Angka Menyusui ASI selama Pandemi Naik menjadi 89 Persen

Jakarta, Gatra.com- Penelitian Health Collaborative Center (HCC) menunjukkan bahwa dalam kondisi pandemi Covid-19 tahun 2020 dengan kebijakan work from home (WFH) menunjukkan angka ASI Eksklusif meningkat tajam mencapai 89%.

“Kebijakan PSBB yang mengharuskan ibu tetap berada di rumah justru memberi pengaruh positif terhadap peningkatan perilaku laktasi," kata Ketua Tim Peneliti Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi dalam diskusi virtualnya, Rabu (20/1).

Riset ini juga menunjukkan bahwa keterbatasan operasional fasilitas kesehatan ibu hamil dan menyusui serta akses pelayanan konseling tidak menurunkan perilaku laktasi Ibu Indonesia, terutama kalangan Ibu Pekerja. "Angka ini meningkat tajam dibanding angka ASI Eksklusif di Indonesia selama beberapa tahun ini yang masih berkisar antara 30-50%,” katanya.

Ray menjelaskan, penelitian itu dilakukan terhadap 379 responden Ibu Menyusui dari 20 provinsi di Indonesia ini menunjukkan peningkatan angka keberhasilan ASI Eksklusif di Indonesia selama masa pandemi terjadi pada kelompok yang bekerja dari rumah sebesar 97,8% serta pada kelompok Ibu menyusui yang tetap kerja dari kantor sebesar 82,9%.

Sebagai informasi, HCC merupakan wadah promosi dan advokasi kesehatan non-profit di Indonesia, terutama dalam bidang kesehatan masyarakat dan kedokteran komunitas yang didirikan Ray sejak Juni 2019. Adapun untuk tim peneliti kali ini juga terdiri dari Prof. Dr. dr. Sudigdo Sastroasmoro, SpA(K) dan dr. Levina Chandra Khoe, MPH.

Survei ini juga memperlihatkan bahwa pemanfaatan konsultasi layanan kesehatan daring (online) selama pandemi Covid-19 di Indonesia sangat membantu Ibu menyusui. Terbukti dari 70% jumlah ibu menyusui berkonsultasi laktasi dengan tenaga kesehatan secara daring.

Terutama melalui aplikasi WhatssApp sebesar 40%. Mayoritas responden mengakui layanan kesehatan daring selama masa pandemi sangat membantu dan efektif.

Namun, lanjut Ray, penelitian ini juga menemukan masih banyak responden yang mengakui kendala jaringan dan kekhawatiran terhadap kerahasiaan data adalah faktor yang menghambat kualitas konsultasi menyusui secara daring.

“Itu sebabnya penting bagi pemerintah untuk memastikan aspek aksesibilitas dan kualitas jaringan serta tidak lupa melindungi aspek privacy dan perlindungan data pribadi serta detail medical record pasien yang memanfaatkan fasilitas telekonsultasi," tegas Ray.

Temuan lain adalah 6 dari 10 Ibu mengakui keberadaan susu formula tidak jadi alasan berhenti menyusui selama masa pandemi. Serta 5 dari 10 Ibu mengakui waktu kerja tidak fleksibel (harus WFO dan WFH) tidak menghalangi untuk tetap menyusui.

Menurut Ray, halini adalah bentuk semakin tingginya tingkat pengetahuan Ibu Menyusui di Indonesia terhadap manfaat ASI Eksklusif bagi kesehatan bayi dan ibu.

Sementara itu salah seorang responden penelitian, Saskya Nabila Martin mengungkapkan, kebijakan PSBB memberi kemudahan bagi ibu menyusui. Terutama ibu pekerja untuk punya waktu lebih banyak dan berkualitas dalam mengasuh bayi termasuk memastikan kesuksesan menyusui secara eksklusif.

“Meskipun kesempatan konsultasi langsung dengan dokter menjadi terbatas, namun kesempatan untuk lebih hands-on dalam merawat bayi akibat keterbatasan aktifitas di luar rumah selama pandemi memberi dampak positif," ungkap Saskya.

Dalam hal ini keberhasilan menyusui. Serta memnuat kedekatan emosional antara ibu dan bayi. Dimana ini turut berguna dalam mendukung tumbuh kembang si kecil.

425