Palembang, Gatra.com – Pandemi yang melanda Indonesia sejak Maret 2020 lalu, memiliki daya rusak yang begitu besar terhadap sektor perekonomian. Berbagai kebijakan strategis dikeluarkan pemerintah, tak terkecuali di sektor pembiayaan guna menjaga stabilitas ekonomi di masyarakat.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sumsel, Sumarjono Saragih mengatakan, pendami Covid-19 menjadi tantangan terbesar. Bahkan untuk memulihkan sektor ekonomi tidak bisa hanya datang dari satu atau dua sektor saja.
“Semua pihak tidak bisa berjalan sendiri-sendiri. Tahun 2020 tentunya menjadi tahun yang banyak sekali tantanganya,” katanya saat menjadi pembicara pada acara Outlook Series AJI Kota Palembang, Senin (18/1).
Ia berharap, semua elemen yang terlibat dalam pemulihan ekonomi harus saling mendukung dan saling memahami satu sama lain. Apindo mengaku pemerintah sudah banyak melakukan upaya pemulihan ekonomi, termasuk bantuan maupun subsidi gaji kepada masyakat terdampak.
“Menaikan upah minimum di saat situasi sulit menjadi salah satu tantangan yang cukup berat bagi pelaku usaha, apalagi semua sektor usaha mengalami masa sulit akibat pandemi Covid-19,” katanya.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Wilayah Sumsel, Hari Widodo mengatakan, perekonomian Sumsel pada 2021 diperkirakan lebih baik dibanding tahun lalu. Hal ini bahkan sudah terlihat pada triwulan ke III tahun 2020. Bank Indonesia Sumatera Selatan melihat ada pergerakan yang mulai meningkat kecuali konsumsi pemerintah.
Jika dilihat dari ekspor luar negeri Sumsel, kata dia, mulai menunjukkan perbaikan di tengah masih terbatasnya permintaan komoditas energi global. Sedangkan berdasarkan pangsanya investasi di Sumsel didominasi sektor pertambangan untuk Penanaman Penanaman Modal Asing dan dan sektor perkebunan untuk Penanaman Modal Dalam Negeri.
Kendati demikian, diakui Hari bahwa dari sisi lapangan usaha yakni pertanian, industri, pertambangan dan perdagangan masih perlu adanya perbaikan.
“Tentunya sinergi semua pihak, baik pemerintah, perbankan, pelaku usaha maupaun tenaga kerja dan pihak lainnya, akan mendorong perekonomian ini lebih baik,” ujarnya.
Dari sisi pergerakan harga, perekonomian Sumsel, mencatatakan inflasi pada Desember 2020 sebesar 0,57% (mtm), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya. Inflasi disebabkan oleh meningkatnya harga cabai merah, telur ayam ras dan daging ayam ras, serta kenaikan harga tariff angkutan udara.
“Kenaikan ini didorong oleh masuknya HBKN dan libur Nataru. Inflasi Sumsel secara tahunan sebesar 1,55% (yoy) lebih rendah dibandingkan nasional yang sebesar 1,6% (yoy),” katanya.