Jakarta, Gatra.com – Presiden Joko Widodo sudah mengajukan Komjen Pol Listyo Sigit Prabowo sebagai calon Kapolri baru. Di dalam Surat Presiden (Surpres) bernomor: R-02/Pres/01/2021 yang diterima Ketua DPR RI, Komjen Listyo menjadi calon kapolri tunggal yang diajukan Jokowi ke DPR. Selanjutnya mantan Kabareskrim Polri itu akan menjalani uji kelayakan dan kepatutan atau fit and proper test di Komisi III DPR.
Berbagai dukungan sudah disampaikan oleh partai politik, ormas maupun tokoh masyarakat. Namun masih ada juga yang menolak Listyo dengan berbagai alasan.
Direktur The Indonesia Intelligence Institute Ridlwan Habib menilai penolakan terhadap Komjen Listyo Sigit dilakukan oleh 3 kelompok. "Ciri kelompok penolak itu ada tiga, terlihat dari karakter tokoh maupun aksi mereka, " ujar Ridlwan di Jakarta, Sabtu (16/1).
Kelompok pertama, adalah mereka yang cemas dengan rekan jejak bersih Komjen Listyo Sigit. Alumnus Akpol 1991 itu juga pernah menyandang jabatan mentereng sebagai Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan Polri (2018).
"Ada yang khawatir kalau pak Sigit jadi Kapolri karena selama ini track record-nya lurus dan tanpa kompromi, " ujarnya.
Kelompok pertama, terangnya, cemas jika Kapolri baru melakukan penegakan hukum secara tegas dan tidak pandang bulu. "Kelompok pertama ini diduga menggerakkan demonstran bayaran untuk memengaruhi opini masyarakat, " kata Ridlwan.
Kelompok kedua yang menolak Komjen Listyo Sigit adalah kelompok intoleran yang memainkan narasi SARA. "Padahal walaupun agama Pak Sigit Kristen [Katolik], beliau sangat dekat dengan tokoh tokoh Islam maupun agama lainnya, " kata Ridlwan.
Kelompok intoleran yang bermain SARA ini menurut Ridlwan berupaya memengaruhi opini dan menggalang dukungan di media sosial. "Mereka memakai akun anonim di twitter dan Facebook. Tapi tetap bisa dilacak oleh CCIC Mabes Polri, " ujar alumni S2 Kajian Stratejik Intelijen itu.
Kelompok ketiga yang anti terhadap pencalonan Komjen Listyo Sigit adalah kelompok terorisme yang selama ini berfatwa bahwa polisi halal dibunuh . "Kelompok ketiga ini terdiri dari JI, JAD dan faksi-faksi pro ISIS seperti MIT, mereka menghalalkan darah polisi karena dianggap thaghut, "ujarnya.
Menurut Ridlwan, kelompok ketiga yang paling berbahaya. " Mereka tersebar di seluruh Indonesia dan terutama menyasar markas kepolisian maupun petugas di lapangan. Polri harus waspada, "katanya.
Meskipun ada 3 kelompok penolak itu, Ridlwan menilai pencalonan Komjen Listyo Sigit bakal mulus dan lancar. " Semua fraksi partai politik di DPR akan menyetujui beliau sebagai Kapolri baru,” ujarnya.
Jokowi menurutnya punya pertimbangan tersendiri memilih Komjen Listyo melihat pada kebutuhan negara saat ini. "Pilihan Presiden sudah tepat karena berdasarkan faktor loyalitas dan profesionalisme,” katanya.
Di samping itu, Komjen Sigit sudah terbiasa bekerja dengan Jokowi. Ia pernah menjabat sebagai ajudan Presiden Jokowi pada 2014 dan juga sebagai Kapolres Solo saat Jokowi menjadi walikota tahun 2011. "Presiden perlu figur Kapolri yang terbiasa berkoordinasi dan sudah paham karakternya,” pungkas alumni Fisipol UGM Yogyakarta itu.