Jakarta, Gatra.com - Pandemi Covid-19 meningkatkan jumlah orang Indonesia mengonsumsi makanan ringan atau camilan. Sebanyak 6 dari 10 atau 60% orang Indonesia lebih banyak ngemil dibandingkan sebelum masa pandemi.
Demikian hasil survei yang dirilis Mondelz International secara virtual bertajuk The State of Snacking 2020 pada Selasa (12/1). President Director Mondelz Indonesia, Prashant Peres, menyampaikan, angka tersebut cukup tinggi atau di atas rata-rata global.
Masyarakat Indonesia, lanjut Prashant, rata-rata mengonsumsi 3 kali makanan ringan atau camilan per hari. Angka ini melebihi jumlah rata-rata global. Tak hanya itu, sebanyak 64% orang Indonesia menganggap ngemil menjadi hal yang sangat penting pada saat pandemi.
Prashant menyampaikan, survei juga mengungkap bahwa masa pandemi ini, membuat jadwal ngemil menjadi lebih spontan dan bervariatif. Saat ini, setiap individu berusaha mencari kenyamanan saat menikmati camilan sehingga pemilihan waktu ngemil menjadi lebih spontan dan bervariatif.
Sebanyak 60% menyatakan bahwa jadwal ngemil mereka menjadi lebih tidak terencana dan berbeda setiap harinya. Data tersebut menunjukkan bahwa lebih banyak masyarakat Indonesia yang mengonsumsi makanan ringan untuk mencari kenyamanan di tahun ini, yakni sebesar 71% dibandingkan dengan data pada tahun lalu atau sebelum pandemi, yakni sebesar 64%.
Selain itu, sebanyak 84% responden menyatakan bahwa camilan merupakan salah satu sumber kebahagiaan mereka. Tak hanya itu, 81% merasa camilan bisa memberikan semangat tersendiri sepanjang hari. Mengenai manfaatnya bagi keluarga, 94% orang tua mengandalkan camilan untuk menghibur anak-anaknya selama pandemi. Bahkan, 77% orang tua telah menjadikan kebiasaan ngemil sebagai tradisi baru bagi keluarga.
Pandemi Covid-19 juga telah mengubah cara pembelian camilan, yakni dari luring (offline) menuju daring (online). Survei kali ini juga mengungkap bahwa jumlah transaksi camilan secara daring meningkat 33%, dibandingkan sebelum pandemi.
Sebanyak 75% responden dalam survei ini merasa lebih aman dan nyaman dengan membeli camilan secara online. Dalam hal menemukan jenis camilan baru, media sosial menempati pilihan teratas dengan dipilih oleh 54% responden.
Survei dilakukan secara daring dari 6-20 Oktober 2020 melibatkan 6.292 orang responden dewasa di seluruh dunia berusia 18 tahun ke atas. Riset ini dilakukan di 12 negara, termasuk Amerika Serikat 506 orang, Kanada 503 orang, Meksiko 540 orang, Brazil 530 orang, Perancis 519 orang, Jerman 520 orang, Inggris 500 orang, Rusia 504 orang, Cina 550 orang, India 555 orang, Indonesia 555 orang, dan Australia 510 orang.
Di Indonesia, kelompok kunci yang dianalisa mencakup kaum centenial atau milenial usia 18-39 sebanyak 451 orang, Gen X atau Baby Boomers usia 40-74 sejumlah 104 orang, orang tua sebanyak 305 orang, bukan orang tua 250 orang, laki-laki 251 orang, perempuan 304 orang, kesehatan prioritas utama 304 orang, kesehatan bukan prioritas utama 221 orang, bekerja dari rumah selama Covid-19 241 orang, dan tidak terdampak oleh Covid-19 143 orang.
Data dari tahun 2019 menunjukkan referensi yang serupa dilakukan pada 16-24 September 2019, dengan 6.068 orang dewasa di seluruh dunia, sebanyak 504 di antaranya adalah orang Indonesia.
Data diperhitungkan mengingat penting untuk keterwakilan dengan jumlah penduduk sebenarnya. Survei ini tidak didasarkan atas sampel probabilitas. Oleh karena itu, tidak bisa memperhitungkan perkiraan teori kesalahan sampel.
Prashant menjelaskan, survei ini bertujuan untuk mempelajari kebiasaan konsumen dan menemukan berbagai pemahaman baru tentang peran camilan bagi masyarakat, baik fungsional maupun emosional, khususnya dalam keseharian masyarakat Indonesia yang sangat lekat dengan camilan.
"Hadirnya survei ini bisa menjadi media informasi bagi masyarakat akan beragam manfaat baik dari camilan, sekaligus menginspirasi mereka untuk ngemil lebih bijak agar bisa meraih manfaat tersebut bagi tubuh maupun pikiran, utamanya di masa pandemi yang tak menentu ini," katanya.
Peneliti dan Pengamat Sosial, Devie Rahmawati, menjelaskan, dalam konteks masyarakat Indonesia, kebiasaan ngemil sudah menjadi bagian dari tradisi sejak dahulu. Tidaklah heran jika camilan banyak dipilih masyarakat di berbagai kesempatan, termasuk dalam hal mengisi waktu luang dan menghilangkan kebosanan.
"Kebutuhan masyarakat Indonesia akan makanan [camilan] tidak hanya menjadi pemenuh kebutuhan biologis, tetapi juga menjadi kekuatan sosiologis membangun konektivitas sosial, serta membantu mengendalikan suasana hati di kehidupan sehari-hari. Bahkan, meredakan tingkat stres yang timbul akibat suasana yang tidak menentu, seperti pandemi," ungkapnya.