Home Internasional EMA Masih Kaji Penggunaan Vaksin Oxford-AstraZeneca

EMA Masih Kaji Penggunaan Vaksin Oxford-AstraZeneca

London, Gatra.com - Badan pengawasan obat-obatan Eropa ( European Medicines Agency/EMA) menyebut bahwa pihak produsen vaksin AstraZeneca dan Universitas Oxford telah mengajukan permohonan untuk dapat lisensi penggunaan vaksin di seluruh Uni Eropa (UE).

Dikutip The Associated Press, Selasa (12/1), dalam sebuah pernyataan pada hari Selasa, regulator UE mengatakan telah menerima permintaan agar vaksin tersebut diberi lampu hijau pada proses yang dipercepat dan dapat disetujui 29 Januari selama pertemuan EMA. 

Data yang diserahkan juga dinyatakan terbukti berkualitas, keamanan dan kemanjuran vaksin cukup kuat dan lengkap.

Sebelumnya 27 negara yang tergabung di Uni Eropa telah menyetujui dua vaksin virus korona lainnya, yang dibuat Amerika Serikat yakni Pfizer dan BioNTech Jerman serta satu lagi produksi Moderna.

Inggris lebih dulu menyetujui vaksin Oxford-AstraZeneca bulan lalu dan telah menggunakannya. India pun sudah menyetujuinya bulan ini.

Vaksin Oxford-AstraZeneca diharapkan menjadi vaksin utama bagi banyak negara karena tingkat biayanya relatif rendah, serta ketersediaan dan kemudahan penggunaannya. 

Vaksin ini dapat disimpan di lemari es, lebih mudah dibandingkan vaksin Pfizer yang memerlukan penyimpanan di lemari pendingin khusus. Perusahaan mengatakan akan menjualnya seharga US$ 2,50, sekitar Rp 35.000 (kurs 14.000) per dosis dan berencana menyiapkan hingga 3 miliar dosis pada akhir 2021.

Para peneliti mengklaim vaksin Oxford-AstraZeneca terlindung dari penyakit dengan tingkat 62 persen dari mereka yang diberi dua dosis penuh dan 90 persen dari mereka yang awalnya diberi setengah dosis, akibat kesalahan produksi.

Namun, kelompok kedua hanya mencakup 2.741 orang - terlalu sedikit untuk bisa disimpulkan.

Pertanyaannya juga masih tentang seberapa aman vaksin tersebut melindungi orang tua. 

Hanya 12 persen dari peserta penelitian yang berusia di atas 55 tahun dan mereka mendaftar kemudian. 

Jadi tidak ada cukup waktu untuk mengetahui pengembangan infeksi pada tingkat yang lebih rendah, dibandingkan mereka yang tidak diberi vaksin.

182

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR