Home Ekonomi Kota Metropolitan Rentan Pangan, Ini Penyebabnya

Kota Metropolitan Rentan Pangan, Ini Penyebabnya

Pekanbaru,Gatra.com- Lonjakan harga sejumlah bahan kebutuhan pokok di kota Pekanbaru pada awal tahun 2021, kian menunjukan rentannya ibukota Provinsi Riau tersebut akan suplai bahan makanan. Sebelumnya diberitakan harga cabai keriting menembus angka Rp100 ribu per kilogram. 
 
Menurut Kepala Dinas Ketahan Pangan (DKP) Kota Pekanbaru, Alek Kurniawan, pasokan bahan makanan ke kota Pekanbaru dominan datang dari luar daerah. Namun, hal tersebut bukan berarti kota Pekanbaru tidak bisa memproduksi tanaman pangan. "Meski dominan dipasok dari luar daerah,bukan berarti tidak ada tanaman pangan yang bisa dipetik di Pekanbaru," urainya kepada Gatra.com, Selasa (12/1). 
 
Ia mengatakan ada sejumlah varian tanaman yang sesungguhnya bisa diupayakan di kota Pekanbaru. Hanya saja hal itu sangat dipengaruhi minat warga Kota Bertuah bercocok tanam, dan terbatasnya lahan. Alek mencontohkan tanaman Jagung, cabai, dan varian sayuran sebagai tanaman budidaya. "Kecuali sayuran dataran tinggi, sayuran bisa di tanam di Pekanbaru. Begitu juga Jagung atau Cabai. Problemnya ada pada minat bertani, lahan terbatas, dan mungkin akses pasar," imbuhnya. 
 
Berdasarkan data DKP, pertahunnya kebutuhan warga kota bertuah akan cabai merah mencapai 5.766 ton, bawang merah 3.386 ton dan beras 68.148 ton, daging ayam 11.542 ton, dan telur ayam 23.386 ton. Sedangkan kebutuhan pangan pendukung seperti sayur mencapai 5.244 ton dan 40.900 ton. Angka ini bakal terus melonjak seiring naiknya jumlah penduduk kota Pekanbaru, yang mencapai 1 juta jiwa. 
 
Alek menambahkan untuk meminimalkan ketergantungan pangan dari luar, pihaknya memilih memicu pertumbuhan kelompok tani dan kelompok wanita tani. Cara tersebut menjadi andalan untuk membumikan minat bercocok tanam. Pada tahun 2020 sudah ada 15 kelompok tani yang bemitra dengan pemerintah kota. 
 
"Kelompok-kelompok ini mendapatkan paket bantuan terdiri dari: naungan/ rumah bibit, bibit tanaman, bibit ayam buras, kandang dan pakan, bibit lele, kolam bioflog dan pakan, beserta paket pendukung seperti pupuk dan belanja pendukung pertanian lainnya."
 
Secara terpisah, praktisi pangan Riau, Darmansyah, mengungkapkan selain berupaya meminimalkan ketergantungan pangan, Riau juga harus menjalin hubungan positif dengan daerah penyuplai pangan. 
 
Darmansyah yang juga mantan Kepala Dinas Ketahan Pangan itu menyebut, status Riau sebagai daerah konsumen pangan mengharuskan pemerintah daerah memiliki beragam pendekatan untuk menjaga ketahanan pangan daerah. 
 
"Riau itu tidak direkom oleh pemerintah pusat untuk memproduksi pangan. Artinya kalau pun kita berupaya meningkatkan kemampuan produksi, ketahanan pangan tetap tidak akan tercapai. Jadi disamping gerakan menanam, kita juga harus tetap menjalin komunikasi dengan daerah penyuplai pangan," katanya
318